Social Kitchen tempat hiburan yang menyuguhkan penari striptis dan Alkohol

Social Kitchen tempat hiburan yang menyuguhkan penari striptis dan Alkohol

Warga Kelurahan Stabelan, Banjarsari, mengeluhkan operasional Social Kitchen, Bentuknya restoran tapi untuk dugem. Suara musiknya sampai menggetarkan kaca rumah


Kepala Satpol PP Solo, Sutarjo mengungkapkan telah berulang kali memperingatkan manajemen Social Kitchen and Bar karena telah menyalahgunakan izin usaha. Resto yang berada di kawasan Banjarsari, Solo itu dinilai telah melanggar aturan lantaran menjadi tempat hiburan yang menyuguhkan para penari striptis dan minuman keras bagi para pengunjungnya.

"Mereka itu kucing-kucingan, kalau kita lengah mereka mengadakan lagi. Kami sudah memberi peringatan, suratnya sudah kami layangkan," ujarnya di Balai Kota Solo, Selasa (20/12).

Lebih lanjut, Sutarjo mengungkapkan berulangkali dalam sidak yang dilakukan satpol PP didapati manajemen tengah bersiap untuk menyelenggarakan acara tarian striptis. Resto tersebut pun telah mendapat surat peringatan sebagak dua kali.

"Kami datangi, dan menemukan mereka sedang bersiap-siap memulai pertunjukannya," katanya.

Jangan lupa baca Juga : Ada tiga cara untuk menghancurkan sebuah bangsa

Diketahui keberadaan Social Kitchen yang sering mengadakan pertunjukan berupa tarian striptis dan menyediakan minuman keras tersebut membuat masyarakat Solo geram. Pertengahan Juli lalu, salah satu organisasi kemasyarakatan di Solo sempat mengadakan audiensi dengan pemilik resto tersebut.

Di mana pada akhirnya, manajemen Social Kitchen berjanji untuk menghentikan hiburan tarian striptis dan menyediakan minuman keras. (republika)


Warga Mengeluh

Warga RT 002/RW 003 Kelurahan Stabelan, Banjarsari, mengeluhkan operasional restoran di wilayah mereka yang beroperasi hingga larut malam bahkan dini hari.

Salah satu warga RT 002/RW 003 Kelurahan Stabelan, S, 45, merasa terganggu dengan operasional restoran di dekat rumahnya yang kerap memperdengarkan suara musik begitu keras hingga larut malam bahkan dini hari. Dia menyebut suara musik keras tersebut mengganggu jam istirahat warga.

“Suara musiknya sampai menggetarkan kaca rumah saya. Bentuknya restoran tapi untuk dugem. Hal itu rasa sudah tidak sesuai. Suara musik keras bahkan kerap terdengar hingga menjelang subuh pada pukul 03.30 WIB,” kata S yang enggan disebut nama terangnya saat menyambangi Griya Solopos, Minggu (18/12/2016) malam.

S menyampaikan gangguan yang dikeluhkan warga bukan hanya suara musik yang begitu keras, melainkan juga sikap para pengunjung restoran tersebut. Menurut dia, para pengunjung restoran kerap kali menggeber kendaraan begitu keras saat hendak pulang dari restoran. S menyebut beberapa kali pengunjung bahkan terlibat dalam perselisihan atau konflik.

“Warga jelas usul restoran ditutup. Pada Mei lalu saya sempat mengirim surat pemberitahuan kepada Pemkot. Warga mengeluh karena restoran beroperasi hingga larut malam dan mengganggu jam istirahat warga. Tapi sepertinya tidak ada tanggapan. Sampai sekarang tidak pernah ada petugas yang datang untuk mengkonfirmasi ke warga. Operasional restoran juga masih saja mengganggu,” jelas S.

Sweeping

S enggan disebut namanya karena khawatir mendapat ancaman dari pihak-pihak terkait. Dia berharap Pemkot segera ambil tindakan untuk mendengar aspirasi warga Stabelan terkait operasional restoran di Jl. Abdul Rahman Saleh itu. Sementara itu, S menceritakan terjadi keributan di restoran yang dikeluhkan warga tersebut pada Minggu sekitar pukul 01.45 WIB.

“Ada keramaian. Ada aksi dari laskar ke restoran. Saya tidak tahu pasti kejadiannya seperti apa. Mungkin mereka juga terganggu dengan apa yang terjadi di restoran itu. Yang jelas warga Stabelan meminta pemerintah untuk bisa menindaklanjuti keluhan warga. Apa betul operasional restoran tersebut sudah sesuai aturan? Kami merasa tidak pas,” jelas S.

Berdasarkan informasi yang beredar, terjadi aksi sweeping yang dilakukan oleh Laskar Umat Islam Solo (LUIS) di pada Minggu pukul 01.45-02.35 WIB. Sekitar 90 orang terlibat dalam aksi tersebut. Saat dimintai konfirmasi, pejabat humas LUIS, Endro Sudarsono, membenarkan LUIS menyambangi Social Kitchen pada Minggu dini hari. Namun, menurut dia, bukan dalam aksi sweeping.

Endro mengatakan anggota LUIS datang ke Social Kitchen untuk menyodorkan surat permohonan penutupan Sosial Kichen karena dugaan penyalahgunaan izin. “Kami datang baik-baik hanya dengan satu mobil. Saat kami mau bertemu pengelola, tiba-tiba ada masa datang dan masuk ke ruangan. Masa aksi di luar kendali LUIS. Rencana kami ke sana kemungkinan bocor dulu,” kata Hendro melalui sambungan telepon.

Kasus sweeping Social Kitchen kini ditangani Polda Jateng. Hari Senin (19/12/2016) malam Polda Jateng menangkap lima orang yang terlibat dalam aksi tersebut. (solopos)

*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda