Said Aqil: Kelompok MCA Mengkhianati Bangsa, Netizen: Sejak Kapan Ada Kelompok Muslim Cyber Army ?

Said Aqil: Kelompok MCA Mengkhianati Bangsa, Netizen: Sejak Kapan Ada Kelompok Muslim Cyber Army ?

Pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, yang juga salah satu netizen senior Indonesia, Mustofa Nahrawardaya, membantah dengan keras adanya Pimpinan MCA (Muslim Cyber Army) yang dirilis Kepolisian. Polisi diminta tidak percaya begitu saja, terhadap pengakuan para pelaku.


Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj mengecam tindakan yang dilakukan oleh sekelompok yang menamakan Muslim Cyber Army (MCA). Kelompok MCA disinyalir oleh pihak kepolisian sebagai kelompok yang memproduksi hoaks. Akibatnya enam anggota MCA diciduk pihak berwajib.

"Artinya mereka (MCA) menghianati bangsa ini, masa menjadi bangsa yang menggunjing," kecam Aqil Siradj, saat menghadiri Istighasah di DPP Golkar, Jakarta, Rabu (28/2) malam WIB.

Sejak Kapan Ada Kelompok Muslim Cyber Army ? Keterangan Polisi Ini Kejutkan Netizen

Polisi telah menangkap TAW, seorang dosen perempuan yang diduga menyebar hoaks pembunuhan muazin oleh orang gila. Polisi mengungkapkan, TAW merupakan salah satu anggota Muslim Cyber Army (MCA).

Sejak kapan TAW bergabung dengan MCA? Perempuan yang ditangkap di Yogyakarta mengaku baru bergabung dengan MCA. Namun polisi tidak percaya begitu saja.

"Kami eksplor dari dia dan mendapatkan gadget yang dia punya. Kalau berdasarkan gadget, mungkin dia sudah empat sampai lima tahun gabung di situ (MCA)," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar Kombes Umar Surya Fana di Mapolda Jabar, Rabu (28/2/2018), seperti dikutip Kompas.

Keterangan polisi yang menyebut TAW telah bergabung MCA sejak lima tahun lalu tersebut mengejutkan banyak netizen. Pasalnya, MCA yang mereka tahu baru ada sejak terjadinya penistaan agama yang kemudian memicu umat Islam melakukan Aksi Bela Islam.

Soal Kabar Penangkapan Muslim Cyber Army, Ini Kata Fahri Hamzah

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah memberikan tanggapannya terhadap penangkapan pelaku penyebar Hoax dan ujaran kebencian yang mengatasnamakan jaringan Muslim Cyber Army (MCA). Fahri menuliskan tanggapannya tersebut melalui akun Twitter pribadinya.

"Tidak bijak anda memakai istilah Muslim Cyber Army…sebab nama Muslim yg menempel pada orang2 di dunia maya ini umum sifatnya…usul saya: proses aja pidananya sesuai hukum…tapi menyeret nama islam seperti dalam kasus #WarOnTerror USA itu bikin dunia hancur," tulis Fahri.

Komentar tersebut ia smapaikan juga kepada Divisi Humas Polri dengan menandai akun Twitternya.

"Polisi sering tidak sensitif melihat dinamika masyarakat. Terutama dinamika Social media. Ada yg nakal sedikit sekali ya itulah kurva normal dalam masyarakat maka itu harusnya diisolasi. Jangan memancing yg banyak bikin orang salah paham dan marah…cc: @DivHumas_Polri,"

Fahri juga menjelaskan bahwa tindakan penangkapan bukanlah satu-satunya jalan untuk menyelesaikan masalah. Ia pun mengimbau agar pengelola keamanan di Indonesia belajar dari masa lalu guna meredam kekecewaan masyarakat.

Hoax, tidak Ada Pemimpin MCA

Pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, yang juga salah satu netizen senior Indonesia, Mustofa Nahrawardaya, membantah dengan keras adanya Pimpinan MCA (Muslim Cyber Army) yang dirilis Kepolisian. Polisi diminta tidak percaya begitu saja, terhadap pengakuan para pelaku.

"Para pelaku harus bisa membuktikan dirinya aktivis MCA, dengan menunjukkan beberapa hal. Jika yang bersangkutan benar-benar MCA, nanti bisa saja diuji. Tapi tidak akan saya bocorkan di sini. Sekalipun setiap Netizen Muslim dapat mengaku sebagai MCA, namun bukan berarti setiap pengakuan bisa diterima sesama pegiat MCA lainnya,"ujar Mustofa yang juga pemilik akun Twitter @NetizenTofa, kepada Republika.co.id, (1/3).

Dijelaskannya, keberadaan MCA hadir bukan tiba-tiba. Dan meski tidak memiliki payung organisasi, rata-rata para pegiat MCA saling faham dalam bekerja membela kepentingan MCA di dunia maya.

"Jadi, para pegiat MCA ini unik. Mereka tidak pernah ketemu muka, tidak punya organisasi perekat, bahkan tidak memiliki markas. Tidak ada juga alamat email atau nomor rekening. Maka jika ada orang menggerakkan pegiat MCA menggunakan email, nomor rekening, atau menggunakan wadah terstruktur misalnya lembaga atau semacam kantor, maka saya pastikan itu bukan MCA," tegasnya.

Mustofa menegaskan, satu-satunya alasan mereka bergerak bersama-sama sehingga bisa menggalang opini adalah semata-mata karena alasan keyakinan sesama MCA, yang semuanya aktifis dunia maya Muslim.

"Memang hanya itu. Mereka pegiat MCA diikat oleh Islam sebagai pemersatu. Yang mengikat mereka bukan bayaran atau pekerjaan, dan bukan dipersatukan oleh partai politik maupun Ormas Islam," kata Mustofa.

Dirangkum dari berbaagai sumber berita online dan postingan dari twitter
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel