Tentara menahan truk pengangkut gabah petani yang menolak menjual dengan harga lebih murah

Tentara menahan truk pengangkut gabah petani yang menolak menjual dengan harga lebih murah

Sejak panen di dua kecamatan, Simbang dan Bantimurung, petani merasa diintimidasi oleh tentara. Prajurit TNI itu mendatangi petani di sawah dan mengarahkan mereka menjual gabah ke Badan Urusan Logistik (Bulog).



Puluhan petani dari Bantimurung dan Simbang, Maros, mendatangi Markas Kodim 1422 di Jl Ratulangi, Maros, Rabu (14/3/2018).

Mereka datang dipimpin kepala desa untuk memprotes sikap tentara yang merazia pengangkutan gabah yang baru saja dipanen.

Petani kesal karena prajurit TNI dinilai sudah bertindak melebihi batas, menahan truk pengangkut gabah yang telah dijual petani ke pedagang.

Aksi petani itu buntut dari sikap tantara di Maros dalam beberapa hari terakhir.

Sejak panen di dua kecamatan, Simbang dan Bantimurung, petani merasa diintimidasi oleh tentara.
Prajurit TNI itu mendatangi petani di sawah dan mengarahkan mereka menjual gabah ke Badan Urusan Logistik (Bulog).

Kemarahan petani membuncah ketika tentara menahan enam truk pengangkut 140 ton gabah di perbatasan Maros-Pangkep, kemarin pagi. Beras itu baru saja dibeli pedagang dari Sidrap ke petani Simbang dan Bantimurung.

Kodim 1422 Maros semakin gencar melakukan Operasi Serapan Gabah Petani (Sergap) agar gabah petani bisa diserap maksimal oleh Bulog. (HANDOVER)

Petani memilih menjual gabah mereka ke pedagang dari Sidrap karena harganya lebih tinggi.

Pedagang Sidrap membeli gabah mereka seharga Rp 4.700 per kilogram (kg), sementara Bulog hanya mau membeli gabah mereka Rp 4.500 per kg.

Kerjasama Mentan

Kodam XIV Hasanuddin membenarkan tindakan anak buahnya di Maros, beberapa hari terakhir.

Kodam berdalih, tindakan para prajurit TNI Angkatan Darat (AD) itu dalam rangka mengamankan ketahanan pangan nasional, sesuai hasil kesepakatan kerja sama dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

"Keterlibatan prajurit TNI AD di Kodim 1422 Maros itu didasari oleh MoU antara TNI AD dengan Kementerian Pertanian RI," tegas Kepala Staf Penerangan Kodam (Kapendam) XIV Hasanuddin, Kolonel Inf Alamsyah di Makassar, Rabu (14/3/2018).

Menurutnya, dalam MoU tersebut, TNI AD bersama kementan menyepakati, dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional ditindaklanjuti perjanjian jual beli Beras nomor: PJB- 00004/03/2018/41/KBK.

"Jadi ini sudab tertulis dalam MoU itu, antara Subdivre Bulog Makassar dengan Primer Koperasi Hasanuddin Maros," kata Kolonel Alamsyah.

Komandan Kodim 1422 Maros, Letkol Kav Mardi Ambar, menyebut pembeli gabah petani Maros yang harganya lebih tinggi dari Bulog itu adalah tengkulak.

Menurutnya, ratusan karung gabah itu diperoleh tengkulak dari petani. Gabah disinyalir akan diolah dan ditimbun untuk diekspor secara ilegal.

"Beberapa hari terakhir, kami gencarkan patroli langsung ke lapangan. Itu kami lakukan untuk mencegah adanya gabah petani yang akan dibawa ke luar daerah," katanya.

Mitra Dolog
Pedagang dari Sidrap yang disebut tengkulak itu merugi puluhan juta rupiah.

Pasalnya, ratusan ton gabah yang sudah mereka beli ke petani diambil oleh Kodim kemudian diserahkan ke Bulog.

Pertemuan petani dipimpin kades dengan Komandan Kodim 1422 tidak "memuluskan" perjalanan ratusan gabah itu ke Sidrap.

Kades Alatenggae-Simbang, Abdul Azis, mengatakan, meski hasil dengan Dandim 1422 Maros membuahkan beberapa kesepakatan, tapi 140 ton gabah yang telah disita tidak dilepas.

Padahal, dalam pertemyan yang berlangsung sekitar pukul 15.00 wita itu, Dandim 1422 berjanji tidak akan lagi melakukan operasi Sergap untuk sementara.

Kodim mengarahkan pedagang untuk menjual gabahnya ke Bulog dengan harga Rp 4.500, padahal pedagang membeli gabah kisaran Rp 4.700 per kilogram.

"140 ton itu tidak dilepas. Gabah itu diarahkan ke mitra Dolog untuk dibayar dengan harga Rp 4.500 per kilogram," kata Azis yang juga Ketua Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Maros itu.

Pembeli gabah lokal Maros, Irwan, mengatakan, 140 ton gabah dirazia tentara itu langsung digiring ke mitra Bulog, Daeng Rala, dan kawan-kawan.

"140 ton gabah itu dibawa ke gudang Haji Rala dan kawan-kawan. Dia yang ditunjuk sebagai mitra Bulog di Maros. Tidak ada gabah yang dilepas. Malah beberapa pengusaha tani dirugikan," kata Irwan.

Demo Petani
Perwakilan petani, Ibrahim mengaku, menjual padinya ke pedagang Sidrap karena harganya lebih tinggi.

"Saya petani, Pak. Kami sampaikan, bahwa biaya yang kami keluarkan selama kami merawat padi sekitar tiga bulan sangat banyak. Tapi kenapa saat panen, harga gabah dibatasi," kata Ibrahim di Markas Kodim 1422.

Padahal ada sejumlah pedagang yang membeli gabah petani dengan mahal, dibanding harga Bulog. Namun TNI justru melarang pedagang tersebut.

Menurutnya, jika pedagang dilarang membeli gabah secara langsung, maka petani tidak akan sejahtera. Justru yang disejahterakan adalah oknum tertentu.

"Kenapa kalau ada yang mau beli mahal gabah kami, tapi dilarang. Jangan batasi harga gabah pak. Kami juga mau sejahtera seperti orang lain," katanya.

Benarkah Perintah Presiden?

Kodim 1422 Maros semakin gencar melakukan Operasi Serapan Gabah Petani (Sergap) agar gabah petani bisa diserap maksimal oleh Bulog.

Dandim 1422 Maros, Letkol Kav Mardi Ambar mengatakan, Selasa (13/3/2018) gabah yang berhasil dicegat, rencananya akan dibawa ke Kabupaten Sidrap.

 "Tadi malam, ada beberapa titik lokasi prajurit melakukan operasi. Anggota berhasil menghalau penjualan gabah petani oleh tengkulak. Gabah itu, mau dibawa ke Sidrap," katanya.

Para oknum sengaja membeli gabah saat malam hari, supaya leluasa mengangkutnya ke Sidrap. Oknum yang dipergoki tersebut diarahkan untuk menjual gabahnya ke Bulog.

Dia mengimbau, petani supaya tidak terkecoh dengan harga tinggi yang ditawarkan oleh tengkulak. Pasalnya, tengkulak tersebut juga memainkan bobot timbangan.

Meski selisih harga dari Bulog dan tengkulak bisa mencapai seribu rupiah perkilogram, namun kuantitasnya jelas lebih sedikit.

Jika dibeli oleh Bulog, berat gabah bisa mencapai 100 kilogram perkarung. Namun saat dibeli tengkulak, beratnya hanya 90 kilogram per karung.

"Mereka memang berani membeli gabah dengan harga tinggi dari harga normal Bulog Rp 4.400 per kilogram. Tapi mereka memainkan timbangan. Jadi petani yang rugi. Sama saja dengan bohong dan akal-akalan," katanya.

Selama ini, banyak tengkulak yang bermain di Maros. Mereka membeli gabah Maros lalu membawanya ke Sidrap untuk ditimbun, atau dikirim keluar daerah secara ilegal.

Memang saat ini bisa untung dengan harga tinggi. Tapi petani akan kembali merugi saat harga beras naik di pasaran.

"Kami hanya menjalankan perintah Presiden. Logikanya, kalau harga pangan tinggi, pasti akan berdampak pada stabilitas keamanan negara," katanya. (MT)
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel