Juru Bicara PKS Muda Bidang Ekonomi Politik Muhammad Kholid mengatakan utang pemerintah digunakan untuk bayar cicilan hutang yang besar.
"Pemerintah Jokowi ini mencetak utang baru untuk membayar utang lama. Jadi, mirip pribahasa gali lobang tutup lobang" katanya di aula kantor DPP PKS MD Building, Jakarta Selatan, Jum'at (9/3).
Kholid mencatat berdasarkan data Kemenkeu, pada tahun 2015 pembayaran kewajiban bunga utang pemerintah saja sudah mencapai Rp 155 triliun, dan angka ini melonjak signifikan menjadi Rp218 triliun di tahun 2017.
Lebih lanjut, tutur Kholid, tahun 2018 dan 2019 cicilan utang jatuh tempo yang harus dibayar adalah Rp 390 triliun dan Rp 410 triliun. "Beban utang ini setara dengan belanja modal pemerintah dan bahkan empat kali lipat lebih besar dibandingkan belanja sosial yang merupakan ujung tombak peningkatan kesejahteraan masyarakat," ungkapnya.
Kholid menambahkan, defisit keseimbangan primer (penerimaan negara dikurangi pengeluaran tanpa memasukan pos pembayaran cicilan utang) terus meningkat dari angka Rp 93,2 triliun pada 2014 menjadi Rp 105,5 triliun di 2016 dan Rp 111 triliun di tahun 2017.
"Ini menunjukan fiskal kita nggak berkelanjutan. Kemampuan membayar kembali utang pemerintah atau repayment capacity kita buruk," ujar Kholid.
Menurutnya, jika melihat defisit keseimbangan primer yang konsisten meningkat, maka hal tersebut menunjukkan pemerintah sudah tidak menjadikan utang sebagai daya ungkit pembangunan tapi untuk membayar utang lama.
"Fiskalnya sudah tidak sehat. Utang bukan lagi sebagai daya ungkit untuk mengakselerasi pembangunan tetapi sudah menjadi jebakan utang (debt trap) yang justru berdampak negatif bagi pembangunan," tutupnya. (PM)