Hingga kini kepastian Prabowo Subianto untuk menjadi capres Gerindra masih menjadi pertanyaan besar. Seluruh pengurus Gerindra baik di tingkat DPP maupun DPD sudah bulat mengusungnya.
Namun, sejumlah elite menyebut masih ada kans Prabowo menyerahkan mandat ke tokoh lain demi menjamin kemenangan di 2019.
Beberapa pengurus seperti Ketua DPD Gerindra Banten Desmond Junaidi Mahesa membuka peluang Prabowo akan mengusung calon lain seperti Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo atau Gubernur DKI Anies Baswedan.
Tanggapan berbeda datang dari Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon. Dia membantah wacana yang digulirkan rekannya tersebut. Fadli menegaskan bahwa Prabowo akan tetap maju sebagai capres.
"Hampir seluruhnya, hampir 100 persen dari kader struktur Gerindra menginginkan Pak Prabowo maju dan Prabowo, saya sudah tanya pada beliau, ya tidak ada masalah," kata Fadli di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (10/4).
"Saya ketemu Pak Prabowo 3 hari yang lalu, tidak ada masalah. Saya kira itu (Desmond) pendapat pribadi dan tidak mewakili partai," lanjutnya.
Fadi beralasan bahwa selama ini atasannya tersebut juga ingin menjadi capres dan tak berencana mengusung calon lainnya. Sehingga ia menjamin bahwa Prabowo tetap akan jadi pesaing Jokowi di pilpres mendatang.
"Enggak ada rencana seperti itu. Pak Prabowo maju, 100 persen maju. Saya jamin kalau perlu kita taruhan, kita taruhan. Ibaratnya begitu," ujarnya.
Adapun pembahasan ini nantinya akan difinalisasi dalam rapat koordinasi nasional Gerindra pada Rabu (11/4). Rakornas akan digelar di Hambalang dan dihadiri seluruh pengurus Gerindra di tingkat DPP dan DPD.
Melihat Skenario Deklarasi Capres Gerindra pada 11 April
Partai Gerindra akan menggelar Rapat Koordinasi Nasional (rakornas) pada Rabu (11/4) besok. Dalam Rakornas tersebut, 34 DPD Partai Gerindra akan menyerahkan mandat kepada ketua umum Prabowo Subianto untuk maju sebagai calon presiden di Pemilu 2019.
Bagaimana skenario yang akan terjadi saat Rakornas tersebut?
Waketum DPP Gerindra Desmond J Mahesa mengungkapkan, ketika aspirasi dari DPD se-Indonesia telah disampaikan, belum tentu Prabowo langsung menjawab dengan deklarasi maju sebagai capres di Pilpres 2019.
"Ya makanya hari ini kita enggak ngerti apakah dijawab nanti tanggal 11 April itu, atau paling tidak misalnya ya saya bersedia mencalonkan diri atau saya melihat perkembangan situasi apakah saya akan maju atau tidak, karena bicara tentang perpolitikan ke depan, begitu jawabannya," ujar Desmond kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (10/4).
Skenario selanjutnya, bisa jadi Prabowo tidak menjawab mandat DPD-DPD tersebut, tapi justru menyerahkannya kepada orang lain untuk maju sebagai calon presiden dari Gerindra. Artinya Prabowo tidak maju di Pilpres 2019.
Namun, Desmond mempertanyakan siapa orang lain yang bisa menandingi elektabilitas Jokowi selain Prabowo. Sebab, ketika menunjuk orang lain di luar Prabowo, tentunya berdampak pada langkah pemenangan di daerah-daerah.
"Pasti kami menerima apa pun keputusan pimpinan kami karena sudah sesuai dengan rakornas yang lalu, yang kedua sampai hari ini orang lain itu siapa? Karena bicara menunjuk orang lain tentunya kami juga di daerah kami masing masing mengkomunikasikan, cocok enggak misalnya yang akan menggantikan Prabowo maju, direspons enggak," jelasnya.
"Ini kan bukan sesuatu yang sederhana," imbuh Wakil Ketua Komisi III DPR itu.
Oleh karena itu, skenario paling relevan bagi Gerindra adalah Prabowo bersedia menerima mandat dan menyatakan kesiapannya maju capres. Dengan begitu, maka itu akan semakin mempermudah langkah pemenangan di 2019.
"Ya kalau Pak Prabowo bersedia tentunya orang tinggal bagaimana mensosialisasikan kita membentuk tim pemenangan Pak Prabowo. Jangan Pak Prabowo juga suka-suka beliau menunjuk orang lain, berat bagi kami sebagai pimpinan partai di daerah yang menerangkan lagi ke daerah masing-masing," pungkasnya. (Kum)