Janji kampanye yang disampaikan Joko Widodo saat pilpres 2014 rupiah akan menguat Rp 10.000 dolar AS bila dirinya menjadi presiden jauh panggang dari api. Beberapa hari ini rupiah malah tembus Rp 14.000 per dolar AS.
"Pemerintahan Jokowi gagal total dalam mengelola ekonomi. Wajar banyak pihak yang menyindir 'jadi presiden itu berat, Pak Jokowi cukup 1 periode atau mundur saja," kata Direktur Eksekutif Bimata Politica Indonesia (BPI) Panji Nugraha melalui pesan elektronik kepada redaksi, Jumat (11/5).
Dia mengatakan anjloknya rupiah dihadapan dolar membuat publik tidak percaya terhadap rezim Jokowi dalam menstabilkan ekonomi. Tak hanya itu, ketidakpercayaan juga muncul di kalangan investor.
Panji menambahkan ekonomi adalah faktor utama meninjau keberhasilan kinerja sebuah pemerintahan. Sementara selama Jokowi berkuasa, pertumbuhan ekonomi RI stagnan di angka 5%.
Dia mengatakan kian mahalnya harga-harga sembako juga menjadi pemicu ketidakpercayaan publik terhadap Jokowi. Adapun investasi besar-besaran dari Tiongkok membuat investor dari negara lain mundur.
Panji pun menyarankan Jokowi mengurungkan diri maju sebagai capres karena tidak ada prestasi yang sangat membanggakan di era kepemimpinannya. Masyarakat banyak mengeluh, UMKM mengeluh, dan tidak sedikit pula usaha ritel gulung tikar.
"Penyebab dari anjloknya ketidakpercayaan publik adalah Jokowi tidak mampu menjalankan komitmen janji Pilpres 2014 lalu hingga saat ini," tutup Panji.(dem)