Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia (Sekarga) bersama Assosiasi Pilot Garuda (APG) mengancam akan melakukan mogok kerja, apabila kondisi keuangan dan teknis tak segera ditangani oleh pihak manajemen Garuda Indonesia.
Hal itu diungkapkan oleh Pengurus Harian APG Capt Erik Ferdinand di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Rabu (2/5/2018). “Sejak 2016 hingga 2017 keuangan Garuda terus menurun hingga -2378,62%,” paparnya.
Menurutnya, kemunduran Garuda Indonesia diakbatkan banyak faktor, yang paling kentara adalah diubahnya sistem manajemen kerja yang dianggapnya telah memberatkan para pilot kala bertugas di lapangan.
“Contoh kasus dengan adanya Direktur Kargo pada 2016, padahal kita gak punya pesawat kargo, gak nambah apa apa itu, cuma nambah biaya organisasi aja, dan lagi jam kerja diubah seenaknya. Kita udah dibikin capek duluan karena gak dijemput dari rumah sama pihak manajemen,” paparnya.
Lebih lanjut, Erik menyatakan bahwa pihaknya akan mengultimatum pihak pemerintah dan pemegang saham untuk segera merestrukturisasi jajaran PT Garuda Indonesia, dan menggantinya dengan orang yang mengerti dunia penerbangan secara konprehensif.
“Sebelumnya kami haturkan maaf buat rakyat Indonesia, walaupun kami sebenarnya gak mau mogok, namun apabila masih belum diganti juga, ya, kami akan mogok kerja,” pungkasnya.
Para pilot Garuda Indonesia mengancam mogok kerja, dan punya tuntutan lain. Tuntutan itu adalah diberhentikannya pimpinan direksi di lingkungan penerbangan milik pemerintah tersebut.
Hal itu terungkap saat para pilot yang tergabung dalam asosiasinya menggelar jumpa pers di Senayan, Rabu (02/5). Pimpinan Asosiasi Pilot Garuda (APG) Capt Bintang Hardiono geram dengan Direktur Personalia PT Garuda Indonesia yang dianggapnya tak mengerti UU Ketenagakerjaan.
“Kita bingung sama Direktur macam begini, kalau karyawan ada masalah biasanya dibuat list Bipartit antara pekerja dengan perusahaan, lah ini dia malah nanya apa itu Bipartit,” papar Hardiono di Restoran Pulau Dua Senayan Jakarta, Rabu (2/5/2018)
Menurut dia, Linggarsari Suharso selaku Direktur Personalia PT. Garuda Indonesia dianggap tak mengatahui dan memahami seluk beluk dunia penerbangan Tanah Air, sehingga bermuara kepada kerugian perusahan penerbangan tersebut.
“Dia ini gak ngerti dunia penerbangan, soalnya basic-nya psikologi, bisa kalau rekrut orang tapi buat ngurus orang belum tentu,” tambahnya.
Lebih lanjut, Hardiono mengatakan bahwa kondisi itu telah berlarut-larut terjadi dan berdampak kepada kinerja para karyawan yang samakin menurun. Oleh sebab itu ia dan pihaknya menuntut agar Linggarsari segera diganti dari jabatannya dengan orang yang lebih memahami dunia penerbangan yang berasal dari internalnya sendiri.
“Dalam industri harus ada yang namanya mutual trust dan mutual respect, ini udah dari 2016 dan kalau tidak segera diatasi maka cepat atau lambat perusaan pasti akan hancur,”pungkasnya. (cw4/win)