Ijtima ulama GNPF dan Alumni 212 memutuskan dua calon wakil presiden (Cawapres) pendamping Prabowo Subianto yaitu Salim Segaf Al-Jufri dan Ustad Abdul Somad. Melihat munculnya rekomendasi itu, Ketum Gerindra bilang "menerima".
Kalau saya tafsirkan, Prabowo menerima tapi belum tentu mau mengusung. Pasalnya beliau sudah mendapat dukungan secara lisan dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Kami datang dengan keyakinan Pak Prabowo calon presiden kita," kata SBY sebagaimana diberitakan media elektronik.
Dibandingkan dengan SBY, dua tokoh yang direkomendasikan para ulama GNPF tidak ada apa-apanya dalam mengarungi ganasnya sistem demokrasi di Indonesia. Mesin politik, pengaruh di kalangan taipan dan kemampuan lobi-lobi ke negara Adidaya juga tidak ada apa-apanya.
Lihat bagaimana nasib Anas Urbaningrum, George Junus Aditjondro (penulis buku Cikeas Menggurita), dan Antasari Azhar saat berurusan dengan kekuatan politik SBY.
Ustad Somad hanyalah muballigh yang naik daun. Seperti halnya Aa GYM, Jefri al-Buchori (Uje) dan Ustad Arifin Ilham pada era 2000-an. Saya salut dengan beliau yang tidak bersedia menjadi cawapres.
Beliau sadar dunia politik bukanlah panggilan jiwanya. "Doakan Ustadz Abdul Somad istiqomah menjadi ustaz sampai mati" katanya saat berceramah di Semarang, Jawa tengah.
Maaf, dengan berat hati saya tegaskan disini, rekomendasi ulama-ulama itu sangat menjerumuskan! Sama saja memberi tiket kemenangan kepada petahana.
Lain halnya dengan Salim Segaf al-Jufri. Menurut sumber terpercaya, jumlah loyalis beliau dibanding Ustad Anis Matta kalah jauh. Saya tidak mengada-ada. Sayangnya, di internal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sedang terjadi pembersihan para loyalis Anis Matta.
Bisa ditelisik perkembangan struktur kepengurusan DPW PKS Sulawesi Selatan hingga pergantian Ketua DPW PKS di Jawa Tengah dan Sumatera Selatan. Di Jawa Barat terjadi pelarangan terhadap kader PKS menghadiri deklarasi Anis matta.
Hal-hal seperti ini membuat mesin politik PKS di Jawa Barat tidak solid. Tidak heran apabila jagoan PKS kalah di Pilgub Jabar
PKS bakal dicampakkan kubu Prabowo jika mereka bersikukuh kursi cawapres harga mati. Di kubu petahana, PKB juga tampak mati-matian melobi agar Cak Imin menjadi cawapres. Akan tetapi Jokowi dan elit-elit politik berpengaruh di belakangnya cukup menghibur PKB dengan jatah kursi Kemenag dan Kemenpora.
Minggu ini, lika-liku meraih tiket cawapres lebih dominan menghiasi layar kaca dan jagat dunia maya, daripada kabar datangnya sapi impor jelang kurban, gempa di Lombok Timur, musibah kekeringan di sejumlah daerah hingga penggusuran rumah dan sawah para petani di Kulon Progo. Wallahu'allam.
Fadh Ahmad Arifan
Alumnus Studi Ilmu Agama Islam di Pascasarjana UIN Malang