mBah Sriah yang hidup sebatang kara

mBah Sriah yang hidup sebatang kara

Suami mbah sudah meninggal. Empat anak mbah juga sudah meninggal semua. Ada yang sakit dan ketabrak, ceritanya dengan sorot mata yang berkaca-kaca.

Seorang nenek berusia 75 tahun tinggal sebatang kara selama 30 tahun di gubuk reyot yang dibangun di emperan bekas pertokoan.

Tak hanya empat kucingnya, dia juga kerapkali berbaik hati memberi makan kucing-kucing liar yang hidup di sekitar perkampungan.

"Semua kucing di sekitar sini kalau ada makan saya kasih semua," katanya seraya memberi makan kucing-kucingnya.

Mbah Sriah setiap hari mengais rezeki dengan cara memunggut sampah di TPS Petudungan di seberang tempat tinggalnya.

Hasilnya yang tak seberapa digunakannya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan memberi makan kucing.

Padahal, dari bekerja mengumpulkan sampah dia hanya mendapatkan uang sebesar Rp 30.000-Rp 50.000 sehari.

"Memang pas-pasan, kadang juga kurang namun bismillah berbagi seadanya," ujarnya.

Mbah Sriah bercerita dulu sebelum menetap di gubuk reyotnya, dirinya sempat tinggal di Boja, Kendal bersama suami dan empat anaknya.

Namun suami dan empat anaknya meninggal dunia.

"Suami mbah sudah meninggal. Empat anak mbah juga sudah meninggal semua. Ada yang sakit dan ketabrak," ceritanya dengan sorot mata yang berkaca-kaca.

Kondisi Mbah Sriah memang tidak bisa berjalan sejak tiga tahun yang lalu karena pernah terjatuh.

Kalau berjalan, Mbah Sriah harus menyeret badannya.

Kendati hidup dengan keterbatasan, namun dirinya tak pernah mengeluh.

Bahkan, dia dikenal sebagai sosok yang periang dan pecinta kucing.

"Kaki sudah tidak bisa jalan. Dulu jatuh tapi tidak pernah diobati. Kalau pegal paling diurut pakai minyak," ujarnya.(K)

*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel