Kampung adat Sunda Ciptagelar

Kampung adat Sunda Ciptagelar

pendopo cipta gelar

Bagi yang tinggal di Jakarta saat liburan datang umumnya lebih suka jalan-jalan ke Bandung karena jalannya mulus dan enak dilalui dengan adanya jalan tol Cipularang, Apakah anda tidak berfikir untuk melihat sisi lain tidak hanya Kota Bandung, tapi lebih jauh mengenal kehidupan adat sunda di kabupaten Sukabumi, di lereng gunung Halimun, tepatnya di desa Sirnaresmi, Cisolok ?

Memang untuk menuju kampung Ciptagelar yang masuk wilayah Sukabumi bagian selatan ini jalannya tidak senyaman jika kita pergi ke Bandung. Jalan akan terasa nyaman hingga memasuki daerah Pelabuhan Ratu, Setelah itu, kita akan dihadapkan jalan desa yang sepi dan sunyi, kurang lebih 9 jam perjalanan jika ditempuh dari Jakarta.

Jalan yang berkelok-kelok cukup membuat pusing dan mual, tapi itu semua terobati oleh pemandangan alam yang disuguhkan. Di kiri kanan jalan terlihat hamparan pohon yang menghijau menutupi area perbukitan yang terhampar sejauh mata memandang. Hutan, pegunungan, kebun teh dll membuat mata enggan berkedip.

Ketika sampai di Pelabuhan Ratu, anda akan disuguhi pemandangan pantai yang indah membentang luas dengan deburan ombak saling kejar menampilkan buih putih menuju pantai yang memikat hati.

Ketika memasuki kawasan Cisolok, Suasana pedesaan yang penuh dengan kebudayaan sunda, sudah sangat terasa.  Mata tertuju pada bangunan rumah yang masih sangat tradisional yang terbuat dari bambu, kayu, dan daun kelapa sebagai atapnya.


Rumahnya dibangun dengan konsep panggung. Dan terdapatnya Imah Gede (Rumah Besar), yang merupakan tempat tinggal Pupuhu Adat dan keluarganya, sekaligus menjadi pusat dari semua acara-acara komunal Kasepuhan,


Kampung ini terbuka dengan siapa saja yang mau berkunjung, karena sistem paguyuban menjadi sistem kekerabatan masyarakat. Mereka menggunakan sistem komunikasi dua tahap yakni melalui leader (ketua adat) dan memperoleh informasi melalui media massa seperti televisi dan radio,

Hp dan Internet sudah digunakan sebagian masyarakat, termasuk kepala suku. Jadi tak perlu cemas bila anda ingin berkunjung ke kampung ini.

debus

Disini ada ritual Seren Taun (panen raya) adalah puncak dari pembudidayan padi masyarakat yang ditandai dengan Upacara Ngadiukeun, atau memasukkan dan mendudukkan ikat padi secara simbolik ke lumbung keramat Leuit si Jimat. Masing - masing keluarga menyimpan satu pocongan padi.

Hal unik lainnya ketika mereka melakukan upacara kematian, dimana orang yang meninggal dilaksanakan lebih apik dan rapi, keranda mayat hanya digunakan sekali saja oleh orang yang meninggal, kemudian ditinggalkan di makam orang yang meninggal tersebut.

Keranda ini dibuat dari bambu. Masyarakat menganggap keranda merupakan kendaraan terakhir seseorang, jadi hanya diperbolehkan digunakan hanya sekali


Tinggal di Ciptagelar sangat nyaman meskipun tanpa hotel. Untuk makan sehari-hari, para tamu atau masyarakat lokal sendiri bisa mendatangi rumah besar bernama Imah Gede yang letaknya berhubungan dengan rumah Abah Ugi (ketua suku).


Di Imah Gede, para penduduk Ciptagelar datang bergantian untuk memasak dan menjamu setiap orang yang datang ingin bersantap atau sekadar ngopi-ngopi. Jangan tanya harga untuk sepiring makanan. Sebab, semua disajikan gratis dan tanpa batas.

Penduduk Ciptagelar sejak dulu wajib menanam padi. Padinya sendiri bukan padi sembarangan, harus varietas asli yang sudah ditanam leluhur. Dan, menanam padi pun cuma setahun sekali.

lumbung padi

Hasil panen padi tersebut tidak diperjualbelikan. Yang boleh dijual adalah tanaman lain di luar padi yang juga mereka tanam, semisal buah-buahan atau sayur-mayur. Inilah yang menyebabkan padi atau beras di sana berlimpah dan tidak akan habis.

Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar is a traditional village that is characterized by the location and shape of its homes and traditions, which are strongly upheld by its community and supporters.

Anda berminat untuk berkunjung kesini ?
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda