Di era tahun 60an hingga 70an, limun sarsaparilla atau dalam bahasa gaulnya lightly carbonated softdrink (minuman bersoda dengan kadar medium). sangat populer dan bahkan bagi yang mampu membeli minuman ini khususnya masyarakat Jawa yang tinggal di Jogjakarta, akan dianggap orang yang berkelas di zamannya. Minuman ini memang memiliki rasa yang khas.
Perintis minuman rasa sarsaparilla adalah Kho Hoo Ing dan Tan Boo Iet, ketika itu pabriknya bisa memproduksi ribuan botol sarsaparilla dalam sehari. Kini produksi itu itu tinggal ratusan botol saja dalam sehari. Bahkan kadang-kadang tidak berproduksi.
Limun sarsaparilla memiliki rasa yang khas di lidah, begitu dicecap maka aroma menyegarkan seperti menyecap mint cukup terasa sehingga dapat mendatangkan efek lega di rongga hidung dan rongga dada. Selain minuman berkarbonasi, aroma khas rempahnya juga mengingatkan kita pada aroma obat atau jamu tradisional.
Rasa semriwing sarsaparilla, memang menjadi sifat khas sarsaparilla. Sarsaparilla sendiri adalah nama jenis herbal yang dalam bahasa Latinnya dinamakan Smilax aristolochiaetolia, yang tumbuh di Jamaika, Meksiko, Honduras dan India.
Akar Sarsaparilla seringkali dibuat menjadi minuman (orang luar sering menyebut root beer) seperti teh dan memiliki rasa pedas manis dengan aroma yang segar. Sarsaparilla juga mengandung quercetin, yaitu antioksidan untuk melindungi tubuh terhadap radikal bebas yang merusak.
Menurut mbah Karno yang masih setia memproduksi minuman rasa sarsaparilla di pabrik minuman Manna, minuman sarsaparilla ini juga mengandung minyak adas yang memberi efek lega dan hangat di dalam rongga dada dan perut.
Jika anda ingin menikmati limun sarsaparrilla versi jadul, anda masih bisa menikmatinya di tempat penjual soto Kadipiro Jogja, namum menurut mbah Sangidoe, rasanya tak se-enak dulu kala saat dirinya masih muda dan suka minum limun ini.
Kini jenis minuman sarsaprilla banyak di jual belikan di supermarket dengan kemasan kaleng atau botol yang lebih modern dengan nama root beer. tapi tetap saja menurut mbah Sangidoe rasanya tak senyaman doeloe.
Code Lab suka beli yang di kaleng, satu kaleng harganya (tergantung merek dan toko penjual) antara 5500 - 6000 rupiah,