Tidak sedikit dari lulusan universitas ternama pun melamar jadi tukang Ojek, persaingan semakin tajam dan keras demi untuk mempertahankan hidup. Dan ancaman dari pengemudi Ojek pangkalan yang sudah lebih dulu keberadaannya, mulai bermunculan.
Munculnya inovasi baru dalam usaha Ojek motor , membuat beberapa pihak yang merasa tersaingi mengambil langkah-langkah yang tidak dibenarkan oleh hukum. Misalnya, ancaman oknum ojek pangkalan kepada pengemudi Ojek dari Go-Jek dan pengguna jasanya.
Sekitar pukul 05:00 PM, seorang pengemudi Go-Jek sedang menunggu pelanggannya, dan tiba-tiba seorang oknum ojek pangkalan mendatangi dengan menabrakkan sepeda motornya pada sepeda motor milik pengemudi Go-Jek. Ia juga berteriak-teriak mengancam pengemudi Go-Jek untuk memecahkan kepalanya.
“Pergi lo dari sini, gue pecahin pala lo, lo tau gue tukang ojek pangkalan sini,” ancam oknum ojek.
Mendengar ancaman tersebut, pengemudi Go-Jek hanya bisa diam, mengiyakan. Kemudian pergi, tanpa menunggu pelanggannya.
Berhasil dengan ancamannya, oknum ojek pangkalan kemudian mendatangi pengguna jasa dan juga memebri ancaman apabila dia berani memesan ojek dan menunggunya di tempat tersebut, ia akan tabrak dan pecahkan kepala.
“Lo kalo mau naik gojek jangan pernah dari sini, atau lo gue tabrak sama gue pecahin juga pala lo,” ancamnya.
Sulitnya mencarai lapangan penkerjaan di negeri yang katanya kaya raya gemah ripah lohjinawi.
Banyak pelamar yang ingin menjadi pegawai freelance driver atau pengemudi Get-Jek yang cukup antusias.
Bahkan, para pelamar ini didominasi lulusan sarjana (S1) dari sejumlah universitas ternama, seperti Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
"Para pelamar ini sebagian besar berpendidikan S1. Ada sekitar 400 orang yang telah melamar untuk menjadi freelance driver Get-Jek," kata CEO Get-Jet Solo, Reza Rajasa di Solo, Jawa Tengah, Kamis (10/9/2015).
Dari ratusan pelamar itu, kata Reza salah seorag pengurus Get-Jek tidak akan diterima semuanya. Melainkan yang menguasai teknologi internet atau smartphone yang akan diterima. Pasalnya, tes utama yang diberikan kepada para pelamar ini adalah tentang teknologi.
Artinya, para pelamar tersebut apakah gagap teknologi (gaptek) atau tidak. Sebab, pengemudi Get-Jek akan menggunakan smartphone sebagai alat komunikasi dengan calon penumpang.
Saat ini operasional Get-Jek baru di sekitar wilayah eks Karesidenan surakarta kecuali Kabupaten Boyolali. Setelah ini berhasil akan dilakukan pembukaan di Yogyakarta dan Semarang. Setelah itu juga diikuti sejumlah kabupaten/kota di Indonesia. Seperti Jawa Timur, Surabaya, Makassar, Manado dan Bali.
Sebelumnya, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo melarang keberadaan Go-Jek. Pasalnya, akan merusak sistem transportasi yang saat ini telah dibangun di Solo.
Selain itu, sesuai dengan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ) No 22 Tahun 2009 tentang angkutan umum orang dan barang, ojek tidak termasuk dalam angkutan umum.
"Keberadaan Go-Jek justru akan merusak sistem transportasi yang sudah ada. Selain itu juga menimbulkan persaingan antar transportasi yang sudah ada," tegas Kepala Dishubkominfo, Yosca Herman Soedrajad.
Meski telah ada larangan, Reza justru optimis dapat menjalankan usahanya tersebut. Pasalnya, di Jakarta Go-Jek didukung oleh Gubernur DKI Jakarta Ahok.
"Di Jakarta aja boleh kok, masak di Solo mau nggak boleh," tambah dia. dari beberapa sumber