Ratusan tahun lamanya, Indonesia sudah dihisap oleh negara-negara utara, sehingga mereka menjadi kuat dan makmur, karena bisa menguasai kuangan dan perdagangan hingga kini.
Negeri yang begini kaya di ubah menjadi negara pengemis (Pramudya Ananta Toer).
Tim ekonomi suruhan Suharto menawarkan seluruh kekayaan alam di hadapan Rockefeler Cs. Dengan seenak perutnya, mreka mengkavling bumi Nusantara kemudian memberikannya kepada pengusaha-pengusaha Yahudi tersebut.
Sebagai contoh, gunung emas di Papua diserahkan kepada Freeport, ladang minyak di Aceh kepada Exxon, dan sebagainya. Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA) tahun 1967 pun dirancang di Swiss, menuruti kehendak para pengusaha Yahudi.
Hingga Suharto menemui ajalnya, sampai detik ini pun perampokan atas kekayaan alam masih saja terus berjalan. Karena hal tersebut, maka
hasilnya bisa kita lihat, angka kemiskinan terus membengkak, banyak anak putus sekolah, banyak anak-anak kecil berkeliaran di jalan raya, kian banyak orangtua putus asa dan bunuh diri, kian banyak orang gila berkeliaran di kampung-kampung, kian banyak kriminalitas, kian banyak kasus-kasus korupsi, dan sederet lagi fakta-fakta tak terbantahkan jika negeri ini tengah meluncur ke jurang kehancuran. Suharto adalah dalang dari semua itu !
Tapi siapa sangka, walau sudah banyak sekali buku-buku ilmiah yang ditulis para cendekia dari dalam dan luar negeri tentang betapa bobroknya kinerja pemerintahan di saat Suharto berkuasa selama lebih kurang 32 tahun, dengan jutaan fakta dan dokumen yang tak terbantahkan, namun nama Suharto masih saja dianggap harum oleh sejumlah kalangan.
Silahkan saksikan film dokumenter karya John Pilger berjudul "The New Ruler of the World" dimana terekam saat tim ekonomi suruhan Suharto, menggadaikan seluruh kekayaan alam Indonesia di hadapan Rockefeler Cs.
Tulisan ini berusaha memaparkan apa adanya tentang Suharto. Agar setidaknya, mereka yang menganggap Suharto layak diberi gelar guru bangsa atau pun pahlawan nasional, harus bisa bermuhasabah dan melakukan renungan yang lebih dalam, sudah benarkah tindakan tersebut.
Dari berbagai sumber.