Kabar bahwa ada ribuan buruh dari Cina di Indonesia dibenarkan oleh Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri.
Yang jadi masalah, buruh dari Cina ini banyak mengerjakan pekerjaan kasar yang seharusnya bisa dikerjakan buruh lokal.
Dari penelusuran di tiga lokasi proyek berikut, buruh asal Cina ini mengerjakan pekerjaan level bawah.
- Pembangunan PLTU Celukan Bawang di Buleleng, Bali. Proyek ini dikerjakan empat kontraktor: China Huadian Power Plant, China Huadian Engineering Co. Ltd, PT CR 17, dan mitra lokal PT General Energy Bali.
- Pembangunan pabrik semen PT Cemindo Gemilang di Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Ketika Kementerian Ketenagakerjaan melakukan inspeksi mendadak Juni 2015, mereka menemukan buruh dari Cina tinggal di bedeng-bedeng seperti kuli.
- Pembangunan smelter bauksit oleh PT Well Harvest Winning Alumina Refinery di Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Proyek dikerjakan PT Chinna Hongqia dan PT Winning Investment dari Tiongkok dengan PT Citra Mineral Investindo, anak usaha Harita Group.
Anggota Komisi IX DPR RI Irma Suryani Chaniago mengatakan :
"Saya dengar upah pekerja asal Tiongkok yang bekerja di Indonesia, upahnya 10 kali lipat lebih besar dari upah pekerja Indonesia, misalnya saja upah mandor di pabrik semen Cilacap, mandor asal Cina digaji 30 juta, sedangkan mandor asli orang Indonesia dengan pekerjaan yang sama hanya mendapat upah 3 juta saja," [ts]