Dalam realita kehidupan saat ini yang cenderung materialistik, hidup yang penuh kesenangan, telah menjadi tujuan sebagian besar orang. Konsep kesenangan hedonis (hanya mencari kesenangan materi) inilah yang menjadi pandangan umum manusia di dunia saat ini, menurutnya, dengan pencapaian kesenangan, maka hidup akan bahagia.
Penyebabnya antara lain adalah
Media yang menggembar gemborkan pop culture yang penuh dengan gemerlap kehidupan, semisal sinetron-sinetron yang tidak mendidik dan publikasi selebritis yang mempertontonkan kemewahan, hal tersebut telah membuat orang berpikir bahwa orang yang bahagia adalah mereka yang kaya, punya rumah bagus, mobil mewah, berpenampilan menarik (cantik, tampan) dan memiliki berbagai symbol kesenangan. Hal itu secara tak langsung akan membuat alam bawah sadar mereka sebagai tujuan hidupnya.
Dalam logika kapitalis materialis, pola pikir hedonis sangat ditekankan, karena dengan pola pikir itulah manusia akan membelajakan uangnya untuk membeli produk kesenangan buatan para kapitalis (pemilik modal).
Psikologi komunikasi dalam dunia periklanan, merayu setiap org dengan berbagai cara agar orang membeli barang dan jasa yang mendapat label psikologis. Karena pengaruh label psikologis tadi, orang akan terjebak menjadi konsumen yang tak pernah puas dan selalu belanja, Hal yang sangat bagus dalam pandangan produsen, tapi merugikan bagi konsumen.
Hal itu semua secara tak langsung membuat alam bawah sadar manusia akan menjadikan sebagai tujuan hidupnya. Ada istilah bagus untuk menggambarkan orang yang terjebak dalam pemuasan kesenangan hidup tersebut, yaitu “hedonic treatmill” , pencarian kepuasan bagaikan orang yang berlari di treatmill ( tempat latihan lari di tempat), tapi sebenarnya ia tak pergi kemana2.
Manusia membutuhkan kesenangan, sesuai dengan keperluannya, manusia perlu makan, perlu gembira, perlu berketurunan dll. Namun kesenangan itu hanya efek samping bukan tujuan utama, karena kesenangan maksimal sekalipun tak bisa memberikan kepuasan hidup.
Hidup yang nyaman dan hidup yg bermakna, akan bisa memberikan kepuasan hidup yang lebih langgeng, karena walau bagaimana pun hidup di dunia ini, manusia tak bisa meraih kepuasan hidup yang berlangsung selamanya.
Agama menjelaskan pada manusia, mengenai makna hidup, apa tujuan hidup, apa yang dicari dalam kehidupan ini. Dengan pemahaman dasar tersebut seorang manusia bisa memahami makna kehidupan.
Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kenikmatan yang menipu (kesenangan yang palsu)
(Qur’an ; Al-Hadiid: 20).
Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya Maka ambillah ia sebagai pelajaran, wahai orang mu’min. (Qur’an ; Al-Israa': 21).
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” ( Qur’an, Ali Imran 185)