Keputusan PDI Perjuangan mengusung kembali Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 bukan hal istimewa yang patut dibanggakan.
Wakil Ketua Umm Partai Gerindra Arief Poyuono melihatnya wajar karena PDIP hanya memiliki Jokowi sebagai kader yang dianggap tepat menjadi pemimpin.
"Nothing special Joko Widodo diusung kembali oleh PDI Perjuangan. Karena memang PDIP cuma punya stok kader satu satunya, yang terbaik ya cuma Joko Widodo," katanya kepada wartawan, Sabtu (24/2).
Meski, kinerja pemerintahan Jokowi selama tiga tahun ini tidak seberapa bila dibanding dengan kepemimpinan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri saat menjadi presiden RI ke lima.
"Sebab tiga tahun Ibu Megawati jauh lebih berat keadaan ekonomi Indonesia sehabis kena krisis moneter 97. Dan Ibu Mega berhasil menata perekonomian Indonesia hingga lebih ada trust dari negara-negara luar negeri," papar Arief.
Begitu pula dengan Gerindra yang akan kembali mengusung ketua umumnya Prabowo Subianto di 2019. Menurut Arief, keputusan itu berdasarkan banyak masukan masyarakat yang meminta Prabowo kembali maju kembali.
"Tetap bulat untuk mengusung Pak Prabowo Subianto sebagai capres pada Pilpres 2019," kata Arief.
Dia menilai bahwa target Partai Golkar yang akan memenangkan Jokowi dengan perolehan suara 65 persen adalah sah-sah saja.
"Namanya juga target dan partai pengusung. Namun saya yakin suara masyarakat tidak akan sesuai harapan dan target parpol pengusung Joko Widodo," beber Arief.
Arief mengaku yakin Jokowi hanya satu periode menjadi presiden. Mengingat, dari kinerja pemerintahannya selama ini yang belum banyak mengalami kemajuan berarti. Apalagi berkaca dari pengalaman Megawati dikalahkan Susilo Bambang Yudhoyono di Pemilu 2004 meski sebagai presiden sudah bekerja keras di banyak sektor.
"Apalagi Joko Widodo yang kinerja perekonomiannya tidak banyak memberikan dampak yang positif bagi kesejahteraan masyarakat, malah membuat wong cilik makin kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Serta banyaknya aset nasional yang berpindah tangan ke asing, dan makin menggunungnya utang Indonesia," jelas Arief.
"Joko Widodo akan terpilih lagi kayaknya chemistry-nya tidak nyambung. Jadi, saya sangat yakin Joko Widodo akan kalah di Pilpres 2019, sekalipun diusung dengan koalisi gemuk," tegasnya. (rmol)
Beberapa kejanggalan atas pencapresan Jokowi
Ada dua kejanggalan pencapresan PDI Perjuangan untuk Joko Widodo sebagai calon presiden pada Pilpres 2019.
Pertama, untuk tradisi PDI-P pencalonan ini terlalu dini. Partai pimpinan Megawati Soakarnoputri itu biasanya mengambil keputusan strategis di menit-menit terakhir.
Kedua, pengumuman pencapresan Jokowi dilakukan secara tertutup. Pencapresan Jokowi diumumkan pada forum Rakernas III PDI-P di Bali, Jumat (23/2).
Pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan ada tiga hal yang bisa menjelaskan fenomena ini.
Pertama, Jokowi membutuhkan pengumuman ini diawal untuk mencegah elektabilitasnya yang turun terus.
Kedua, PDI-P membutuhkan pendorong atau booster untuk menghadapi Pilkada serentak 2018.
Ketiga, Jokowi mungkin sudah memutuskan bahwa calon wakil presidennya kelak akan berasal dari PDI-P.