DPP Partai Gerindra angkat bicara soal 37 ribu perusahaan kontraktor swasta yang gulung tikar selama tiga tahun terakhir, di masa pemerintahan Jokowi.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono menjelaskan dari catatan dari Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) sejumlah perusahaan kontraktor bangkrut lantaran kurang mendapat porsi pengerjaan proyek di pemerintah.
Menurutnya Jokowi sebenarnya tahu tentang informasi banyaknya perusahaan kontraktor swasta yang bangkrut itu tapi memilih pencitraan dengan terus membanggakan proyek infrastruktur di setiap kesempatan. Di sisi lain, proyek infrastruktur yang dikerjakan perusahaan plat merah mendapat sorotan karena banyak melakukan kecelakaan kerja.
"(Jokowi) tahu, tapi pura-pura engga tahu," tegasnya saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (15/3).
Menurut Arief, banyaknya perusahaan infrastruktur yang bangkrut bakal berimbas pada perekonomian nasional, salah satunya penambahan jumlah pengangguran nasional yang diprediksi mencapai jutaan pekerja.
"Jika diasumsikan perusahaan kontraktor mempekerjakan 100 pekerja, kalikan saja 37.000 perusahaan kontraktor yang bangkrut," ujarnya.
Selain menambah beban pembangunan, di sektor perbankan juga bakal mengalami kredit macet karena perusahaan tidak mampu membayar kewajiban di Bank.
Menurut Arief, banyak alat berat yang dimiliki perusahaan kontraktor dibiayai oleh kredit perbankan. Begitu juga Kredit modal kerja yang diberikan perbankan pada saat kontraktor menang tender pekerjaan juga akan telat bayar atau bahkan tidak dibayar.
"Kejang-kejang sektor perbankan nasional akibat kredit macet yang disebabkan kebangkrutan 37 ribu kontraktor. Artinya inilah yang disebut the doom days of economic (hari kiamat bagi perekonomian) yang disebabkan oleh kebangkrutan pelaku usaha sektor infrastruktur," ujar Arief. (nes)