Investasi China tak menguntungkan bagi Malaysia, mereka juga tak mempekerjakan warga lokal

Investasi China tak menguntungkan bagi Malaysia, mereka juga tak mempekerjakan warga lokal

Pria yang dijuluki Dr M ini juga terkenal akan perselisihannya dengan Lee Kuan Yew, pemimpin Singapura kala itu. Namun di bawah kepemimpinannya, Malaysia bangkit menjadi salah satu negara industri modern di Asia.


Namun di bawah kepemimpinan Mahathir Mohamad, Malaysia bangkit menjadi salah satu negara industri modern di Asia.

Usai kemenangannya pada pemilu Malaysia, Mahathir Mohamad mengatakan akan menegosiasikan ulang proyek Jalur Sutra Maritim China. Sebelumnya Mahathir telah banyak mengkritik ekspansi bisnis China ke Malaysia yang disebutnya tidak menguntungkan negaranya.

Berbicara pada Kamis (10/5), pemimpin koalisi Pakatan Harapan (PH) ini mengatakan akan mengubah beberapa kesepakatan antara China dan Malaysia ketika dipimpin Perdana Menteri Najib Razak, salah satunya soal proyek ambisius Jalur Sutra Matirim China atau Belt and Road Initiative (BRI).

Menurut Mahathir, dia mendukung BRI namun negaranya berhak menegosiasikan ulang beberapa kesepakatan dengan pemerintah Beijing. Salah satunya, kata pria 92 tahun ini, soal penempatan kapal perang China di perairan Malaysia.

"Kami tidak ada masalah dengan itu (BRI), kecuali tentu saja kami tidak ingin melihat terlalu banyak kapal perang di wilayah ini. Karena kapal perang akan menarik kapal perang lainnya," kata Mahathir, dikutip Reuters.

Malaysia disebut sebagai salah satu negara yang mendapatkan investasi terbesar dari proyek BRI yang bertujuan untuk konektivitas perdagangan dari Asia hingga Afrika. Dana sebesar IDR 34,2 miliar diperuntukkan China untuk membangun infrastruktur BRI di Malaysia.

Namun Najib dikritik atas komitmen dengan China ini karena dianggap "menjual" Malaysia.
Mahathir sejak kampanye pemilu kerap mengkritik investasi China di Malaysia. Dalam sebuah wawancara April lalu, Mahathir menghendaki perubahan gaya investasi China di negaranya yang menurut dia tidak menguntungkan.

Menurut Mahathir, investasi China tidak mempekerjakan warga lokal dan tidak berbagi teknologi dengan Malaysia.



Selama memimpin Malaysia, Mahathir memang diterpa badai kritikan, disebut otoriter, dan intoleran terhadap suara-suara pembangkangan. Lebih dari 100 politisi, akademisi, dan aktivis politik yang menentang Mahathir dipenjara tanpa proses pengadilan, berdasarkan undang-undang keamanan dalam negeri.

Oleh George Soros dia disebut "jahat terhadap negaranya", dibalas oleh Mahathir dengan mengatakan ahli keuangan Amerika Serikat itu "moron" pada krisis finansial Asia 1998.

Pria yang dijuluki Dr M ini juga terkenal akan perselisihannya dengan Lee Kuan Yew, pemimpin Singapura kala itu. Namun di bawah kepemimpinannya, Malaysia bangkit menjadi salah satu negara industri modern di Asia.

Jembatan-jembatan dan enam jalur jalan tol di seantero Malaysia dibangun di kepemimpinannya, dan salah satu gedung tertinggi di dunia, Petronas berlantai 88, didirikan di Kuala Lumpur. Mahathir lantas dijuluki "Bapak Malaysia Modern".

Pada 1998, kepemimpinannya diterpa krisis ekonomi dan politik dengan hengkangnya wakilnya, Anwar Ibrahim, yang langsung membentuk kekuatan oposisi. Mahathir menentang usulan IMF untuk mengendalikan mata uang untuk menyelamatkan ekonomi.

Anwar tidak lama kemudian dipenjara atas tuduhan sodomi. Di pemerintahan Najib, Anwar dipenjara lagi atas tuduhan yang sama.
Mahathir mendukung Najib Razak untuk menjadi Perdana Menteri pada 2009. Namun pada 2015, suara Mahathir yang masih lantang walau usianya hampir seabad kembali terdengar, mengecam Najib yang dituding korupsi miliaran dolar AS dana lembaga investasi negara 1MDB.

Kembali terpilih Perdana Menteri Malaysia, Mahathir di masa senjanya berdiri bersama kubu Anwar di satu bendera koalisi. Berjanji membenahi Malaysia dan mengusut tuntas kasus 1MDB, Mahathir mengklaim dia bukanlah pemimpin yang dulu.

Dalam tulisannya Januari silam, mahathir mengakui dirinya otoriter dalam memimpin negara selama dua dekade.
"Sekarang saya sadar. Sebagai Perdana Menteri Malaysia saya disebut sebagai diktator. Banyak hal yang saya lakukan saat itu adalah tipikal diktator," tulis Mahathir. (KUM)

Di rangkum dari beberapa artikel berita kumpara dan Cuitan @saididu
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel