Islam Phobia adalah hantu jadi-jadian untuk menakuti orang agar membenci Islam

Islam Phobia adalah hantu jadi-jadian untuk menakuti orang agar membenci Islam

Dalam dunia Militer, manipulasi rasa takut ini hari ini telah dikembangkan menjadi senjata paling melumpuhkan yang mampu merasuki, merusak dan atau mempengaruhi pola pikir, dan inilah yang disebut dengan tekhnik Propaganda


Ketakutan itu adalah hasil dari proses belajar. Ketika sejak kecil seorang anak selalu dikenalkan sesuatu yang menakutkan berupa hantu, maka di sana anak akan belajar takut pada hantu.

Pun sebaliknya, seorang anak yang tidak pernah mendapatkan masukan tentang cerita-cerita hantu, maka anak tersebut tidak akan pernah memiliki rasa takut kepada hantu, karena anak tersebut tidak pernah diberi informasi berita yang menakutkan tentang hantu.

Dalam dunia Militer, manipulasi rasa takut ini hari ini telah dikembangkan menjadi senjata paling melumpuhkan yang mampu merasuki, merusak dan atau mempengaruhi pola pikir, dan inilah yang disebut dengan tekhnik Propaganda.

Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda.

Jozef Goebbels Menteri Propaganda Nazi pada zaman Hitler, mengatakan: “Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya.” Tentang kebohongan ini, ujar Goebbels.

Propaganda seringkali dipergunakan secara masif dan sistemik melalui corong-corong media massa sebagai senjata yang ampuh untuk merendahkan musuh dan menghasut kebencian terhadap kelompok tertentu untuk mengendalikan opini yang berbasis manipulatif. Adapun kebohongan yang paling besar ialah kebenaran yang diubah sedikit saja, ujar Goebbels

Propaganda umumnya berisi fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu.


Menurut Snowden, pemilik situs WikiLeaks menyampaikan bahwa Islam memiliki nilai-nilai yang sangat bertolak belakang dengan agenda yang sedang di bangun oleh pihak Barat (AS).

Dalam temuannya yang dipublikasikan melalui situs Wikileaks, Snowden mengupas tuntas siapa dalang dibalik upaya untuk mendiskreditkan Islam. Snowden mengatakan, ada konspirasi dari sebuah organisasi yang tak tersentuh hukum, yang kekayaan anggotanya setara 3/4 penduduk bumi untuk menghancurkan citra Islam di mata penduduk dunia.

Kenapa harus menghancurkan Islam? Lebih lanjut Snowden menyampaikan, karena ajaran-ajaran dalam Islam sangat bertolak belakang dengan kemajuan bisnis organisasi keluarga (Yahudi) kaya raya di Amerika Serikat ini.

Contohnya, ajaran Islam tentang larangan meminum khamar dan berjudi yang mengganggu bisnis minuman keras serta tempat judi milik para keluarga kaya raya ini.

Atau larangan melakukan riba. Dan ternyata para keluarga bangkir (Yahudi) pemegang kendali Negara AS ini hidup dari kekayaannya melakukan bisnis riba yang menyedot uang dari si miskin.

Serta masih banyak lagi ajaran-ajaran dalam Islam yang dinilai mengganggu perkembangan bisnis organisasi keluarga (Yahudi) kaya raya tersebut.

Karena hal inilah keluarga kaya raya yang mampu mengendalikan negara AS dan dunia ini menilai bahwa Islam sebagai kekuatan politik dan ekonomi yang setiap saat dapat mengancam eksistensi ekonomi global yang dikendalikan sepenuhnya oleh para bangkir ini.

Selanjutnya mereka membuat berbagai macam cara agar umat Islam tergila-gila oleh dunia. Dan sebaliknya, mereka medalangi aksi-aksi teror untuk mendiskreditkan Islam sebagai pelaku dibalik serangan Terorisme.

Dalam sebuah ceramahnya Profesor Akademisi dan penulis terkemuka Dr Michel Chossudovsky menyampaikan bahwa dalang dibalik perang melawan Terorisme atau Global War on Terrorism yang mengatasnamakan Islam yang sesungguhnya adalah Amerika.

Dr Michel Chossudovsky memperingatkan bahwa apa yang disebut perang melawan terorisme adalah sebuah front untuk menyebarkan hegemoni global Amerika dalam menciptakan Tata Dunia Baru

Lebih lanjut Dr Chossudovsky mengatakan bahwa Terrorisme dibuat di AS dan bahwa teroris bukanlah produk dari dunia Muslim.

Menurutnya, perang global AS melawan terorisme digunakan untuk memberlakukan undang-undang anti-terorisme untuk mengutuk kaum Muslim dan menciptakan ketakutan kepada Islam secara sistemik (Islamophobia).

Dr Chossudovsky mengatakan bahwa NATO bertanggung jawab untuk merekrut anggota negara Islam sementara Israel mendanai elemen global jihad di Suriah”

Dr Chossudovsky, yang juga pendiri Pusat Penelitian dan Globalisasi, lebih lanjut menekankan bahwa perang global terhadap terorisme adalah kebohongan besar dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Argumen Dr Chossudovsky ini dibenarkan pula oleh ilmuwan politik terkemuka asal Malaysia, Dr Chandra Muzaffar yang mengatakan bahwa AS selalu memanipulasi agama untuk melanjutkan hegemoni globalnya pada negara-negara berdaulat.

Mereka sengaja menciptakan hantu jadi-jadian yang seolah menakutkan untuk dilekatkan kepada Islam. Adapun target agendanya tak lain adalah agar semua orang takut kepada Islam yang di manipulasi seolah Islam itu bagaikan hantu yang menakutkan masa depan global.

Terakhir, kabar teranyar dari negeri Paman Sam menyebutkan, Greenwald seorang aktifis penggiat kemanusiaan yang mencoba menyuarakan ketimpangan yang dialami oleh Masyarakat Muslim di AS di sebuah forum acara CAIR (Lembaga Hubungan Amerika-Islam) yaitu sebuah yayasan yang gigih membela kebebasan sipil Muslim AS yang bertajuk ‘Kebebasan Beragama’.

Hal ini tak pelak menuai kritik dari kelompok ekstremis kanan AS yang selama ini dikenal dekat dengan para pengusaha Yahudi Kaya Raya di AS itu buru-buru menuduh CAIR memiliki hubungan dengan Terorisme, dikutip dari World Bulletin.

Demikianlah adanya..

Penulis : Abubakar Bamuxaham, Research Associate Global Future Institute
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel