Sejak dua hari terakhir, warga Probolinggo diresahkan dengan kelangkaan elpiji bersubsidi ukuran 3 kg. Untuk mendapatkannya, warga terpaksa mencari hingga ke luar daerah.
Dari beberapa unggahan warganet di Facebook, kelangkaan elpiji bersubsidi 3 kg itu terjadi di Kota dan Kabupaten Probolinggo. Untuk wilayah Kota Probolinggo, kelangkaan itu terjadi di daerah Kelurahan Kebon Sari Wetan, Kecamatan Wonoasih, dan sekitarnya.
Sementara di Kabupaten Probolinggo, kelangkaan lebih meluas. Kelangkaan terjadi di Kecamatan Kraksaan, Kecamatan Besuk, Kecamatan Dringu, dan Kecamatan Leces. Warga mengaku tak menemukan isi ulang gas dalam tabung berwarna hijau itu. Baik di toko kelontong maupun di SPBU Pertamina yang biasa menjualnya.
Warga mengaku terpaksa mencari gas elpiji ke lain kecamatan agar dapurnya bisa mengebul. Seperti yang diungkapkan oleh Misnari (55), warga Desa Asem Bakor, Kecamatan Kraksaan. Dengan menggunakan sepeda motor, ia membawa satu tabung kosong elpiji 3 kg untuk mencari stok elpiji.
“Sudah keliling cari gas gak nemu-nemu. Tadi juga ke pom Kebon Agung ternyata juga kosong. Gak tahu mau cari kemana lagi, susahnya minta ampun. Ini hanya satu saja buat menanak nasi saja,” keluhnya saat dijumpai wartabromo.com tengah mencari toko yang menjual elpiji bersubsidi di Desa Alas Sumur Lor, Kecamatan Besuk, Senin (18/6).
Jelang lebaran, gas elpiji 3 kg terjadi di wilayah Kabupaten Probolinggo, langka. Dampaknya, harga gas bersubsidi tersebut tembus Rp 25 ribu per tabung.Kelangkaan ini sudah mulai dirasakan oleh warga sekitar 5 hari lalu. Seperti di wilayah Kecamatan Besuk dan Kecamatan Kraksaan.
Saat itu, warga kesulitan untuk mendapatkan elpiji bersubsidi 3 kg, di beberapa toko kelontong yang menjualnya. Meski sukar didapat, saat itu harga jualnya masih diangka Rp 17 ribu hingga Rp 18 ribu. Namun sejak dua hari terakhir, kelangkaan itu semakin menjadi-jadi.
Tak hanya sulit, harga jualnya juga melambung tinggi. Harga jual elpiji melon ini sudah mencapai Rp 25 ribu di tingkat pengecer. “Ya ambil saja ketimbang gak dapat, karena kemarin juga sudah ndak bisa beli karena elpijinya habis,” tutur Aminah, salah satu warga Besuk.
Warga mengaku heran dengan langkanya elpiji bersubsidi tersebut. Apalagi hal itu terjadi menjelang lebaran, masa kebutuhan elpiji meningkat. Sebab diakhir Ramadhan, biasanya banyak warga membuat kue-kue untuk jamuan pada hari raya maupun untuk kenduri atau selamatan.
“Nggak taulah kenapa sekarang langka di toko-toko. Padahal elpiji itu dibutuhkan untuk masak dan membuat kue-kue. Karena banyak warga yang sudah tidak menggunakan kompor minyak tanah atau tungku dengan bahan bakar kayu,” kata Halimah, warga Kelurahan Patokan, Kecamatan Kraksaan.
Sementara itu, Mulyadi, salah satu pemilik toko kelontong menuturkan, dirinya tidak tahu kenapa elpiji bersubsidi tersebut langka. Ia mengaku pasokan dari agen yang biasa mengirim elpiji ke tokonya berkurang. Jika pada hari-hari biasa, setiap dua hari ia dikirimi 100 tabung elpiji.
“Namun, saat ini saya dikirimi tak sampai separuhnya dari biasanya. Kata yang ngantar sudah dari atas ada pembatasan kiriman. Selain itu harganya juga naik tinggi tak seperti sebelumnya, bukan kami yang menaikkan. Meski naik ya tetap kami ambil, kasian warga yang mau masak,” kata ayah dua anak ini.
Tahun ini realisasi penyaluran LPG 3 kg bersubsidi diperkirakan akan kembali membengkak, melebihi kuota yang ditetapkan pemerintah dalam APBN 2018 sebesar 6,45 juta MT. Pertamina memprediksi realisasi penyaluran LPG 3 kg tahun ini sekitar 6,7 juta MT atau over kuota sebesar 250 ribu MT. (kumparan)