Naiknya nilai tukar dolar Amerika terhadap Rupiah membawa imbas terhadap para perajin tempe dan tahu di Gunungkidul. Naiknya nilai tukar dolar ini membuat harga kedelai impor sebagai bahan utama pembuatan tempe dan tahu turut mengalami kenaikan harga.
Seorang pembuat tahu di Dusun Sumbermulyo, Desa Kepek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Sakiyo menyampaikan harga kedelai impor terus mengalami kenaikan. Dalam dua bulan terakhir, harga kedelai impor sudah mengalami dua kali kenaikan harga.
"Biasanya Rp 6.500 per kilogramnya. Terus dua bulan lalu naik jadi Rp 6.800 per kilogramnya. Sekarang naik lagi jadi Rp 7.400 per kilogramnya," ujar Sakiyo, Kamis (6/9).
Sakiyo menerangkan untuk mengakali tingginya harga kedelai impor, pihaknya pun melakukan sejumlah cara. Salah satunya dengan mengecilkan ukuran tahu untuk sementara. Nantinya jika harga kembali normal, ukuran tahu akan dikembalikan seperti semula.
"Sementara ukuran tahu kita kecilkan dulu. Jika biasanya satu papan berisi 25 tahu saat ini dikecilkan menjadi berisi 35 tahu," ungkap Sakiyo.
Sakiyo menerangkan untuk menaikkan harga jual tahu pihaknya masih akan berembug dengan produsen lainnya. Namun kenaikan harga ini masih menunggu harga kedelai impor stabil terlebih dahulu. Sembari menunggu para perajin pun melakukan pengecilan ukuran tahu.
Senada dengan Sakiyo, perajin tahu lainnya Agung Gunawan mengaku meskipun harga kedelai impor mengalami kenaikan tetapi pihaknya belum berani menaikkan harga tahu. Saat ini yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi naiknya harga kedelai impor, kata Agung, dengan melakukan pengecilan ukuran.
"Harganya belum dinaikkan, menunggu kesepakatan bersama dulu. Semoga harga kedelai segera stabil sehingga tidak perlu menaikan harga. Sementara kita kecilkan ukurannya," urai Agung. (Purnomo Edi)