Malam itu, sekumpulan pemuda yang sedang enjoy menikmati akhir pekan berkumpul di gedung bioskop untuk melepas lelah. Mereka nonton bersama. Selain menyiapkan minuman dan Pop Corn, mereka persiapan paduan suara.
Salah seorang dari pemuda itu, memberi komando :
"Mari teman teman, untuk meningkatkan jiwa nasionalisme dan rasa cinta tanah air, kita menyanyikan lagu Indonesia raya".
"Hiduplah Indonesia raya...tuk dua..."
Tiba-tiba, satpam bioskop dari kejauhan berteriak :
"Stop...sekarang nonton bioskop tak perlu nyanyi lagi. Peraturannya sudah dicabut ...." teriak satpam.
Para pemuda ini keheranan, bukankah peraturan itu baru ? Belum juga diterapkan ? Kok sudah dicabut ?
Rezim ini memang mengajarkan kepada rakyat, betapa amatirnya mengelola negara. Sebelum urusan bioskop ini, rezim pernah mengumumkan mau membebaskan Ust ABB.
Seluruh kaum muslimin bersuka cita, bahagia mendengar kabar ini. Bahkan, Sohobul Bait di Pondok Ngruki sudah pasang tenda dan spanduk penyambutan. Kalau tempo doeloe, mungkin sudah ngencang ayam persiapan untuk disembelih, untuk syukuran.
Tiba-tiba, pembebasan batal. Alasan Mak ini dan Mak itu. Lucunya, keputusan yang diumumkan Presiden ini dianulir menteri dan diumumkan Kastaf Presiden. Lucu atau ngegemesin ?
Dulu ada kebijakan larangan menggunakan pakaian jilbab tertentu, begitu diprotes juga batal. Kebijakan ini dan itu, tidak dipersiapkan matang, diprotes, batal.
Ini kemenpora juga tiba-tiba berperilaku Presiden. Mau sok ngajari nasionalisme rakyat dengan nyanyi-nyanyian. Harusnya, Klo nasionalis, cinta tanah air, kemenpora tidak kesandung kasus korupsi. Sampai menterinya dipanggil KPK. Jangan jangan, menterinya nanti naik status ?
Rakyat itu kurang nasionalis apa, kurang cinta apa, di palak pajak, pajaknya dikorupsi pejabat, rakyat tetap taat. Itu bukan Ga Gemes dengan penguasa zalim, tapi saking ingin tetap mempertahankan kesatuan bangsa. Kalau Ga mikir, ingin rasanya langsung menggantung pejabat korup satu per satu.
Gitu sok ngajari nasionalisme, sok cinta NKRI, bikin peraturan, kebijakan, himbauan, atau apapun sebutannya itu mbok ya difikir. Jangan asal bunyi, bikin heboh, lalu dianulir. Ini grasa grusu namanya.
Sudah gitu, pasang akting di kamera seolah yang paling nasionalis, paling Pancasilais, rakyat yg mengkritik dianggap hoax, tidak cukup disebut hoax bahkan hingga di penjara. Luar biasa zalim.
Kembali ke cerita pemuda tadi, akhirnya mereka khusuk menonton film di bioskop. Uniknya, judul film itu kekinian. "MATINYA REZIM KODOK KEPATIL UDANG".
Diakhir cerita film, digambarkan rezim kodok dan pasukan kecebong terkapar di jalanan, tidak dapat nasi bungkus. Para petingginya menggigil ketakutan, menunggu proses hukum karena kezaliman yang selama ini dipertontonkan.
Penulis : Nasrudin Joha