Mengenang sa'at Code Lab tinggal dan sekolah di Jogja, kebetulan hobi naik gunung, hampir semua gunung di tanah Jawa ini pernah Code Lab datangi.. suatu kepuasan bantin yang tak ternilai ketika mencapai puncak gunung yang di tuju.. Mengagumi ke elokan alam ciptaan Tuhan yang tiada tara dan tidak ada pembandingnya... wooo amazing..
Pada waktu menjelang malam, suhu udara di sekitar gunung Merapi mulai terasa menggigit tubuh.
Di atas desa Kinahrejo, tempat tinggal Kyai Kerincing Wesi, para pendaki bisa melihat keindahan alam di sekeliling Merapi. Sejenak, kekaguman menyelimuti dada.
Gemerlap kehidupan desa-desa di kaki Merapi terlihat seperti kunang-kunang yang bertaburan di persawahan. Ada yang berkumpul menjadi satu kelompok, ada pula yang terpencar menyebar ke berbagai sudut wilayah Panembahan Kyai Kerincing Wesi.
Menurut cerita sejarah sebelum kerajaan Mataram berdiri, tepatnya saat Danang Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati Ing Alogo Sayyidin Panatogomo bersama ayahnya Ki Gede Pemanahan dan Ki Juru Mertani membuka hutan di kawasan Mentaok, ia mulai menjalin hubungan dengan Ratu Pantai Selatan yang legendaris.
Sampai sekarang hubungan yang dimulai oleh pendiri dinasi Mataram (yang merupakan akronim dari kalimat ‘Memet di tata agar anak cucu nanti menjadi marem’) dengan Kanjeng Ratu Kidul tetap menjadi satu kajian yang tak pernah putus di bahas.
Ada satu pendapatan yang menyatakan bahwa hubungan tersebut merupakan ikatan perkawinan. Ada pula yang menyatakan bahwa hal ini merupakan kontrak gaib antara raja-raja Mataram dengan Penguasa Laut Selatan.
TELUR KYAI JAGAD UBAH KERINCING WESI JADI RAKSASA
Selain itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa hubungan raja-raja Mataram dan penguasa Laut Selatan adalah bukti penghargaan dan saling menghormati antara Panembahan Senopati yang juga bergelar sebagai Wong Agung Saking Ngeksiganda dengan berbagai makhluk ciptaan Tuhan, baik yang kasat maupun tak kasat mata.
Nah, Kerincing Wesi adalah salah satu saksi perjanjian antara penguasa Mataram dan penghuni makhluk gaib tersebut.
Terlepas dari semua kisah yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, ada satu legenda yang dipercaya memiliki kebeneran. Pada suatu saat Panembahan Senopati mendapatkan sebutir telur dari Kanjeng Ratu Kidul. Telur itu bernama Kyai Jagad yang harus dimakan setibanya di istana nanti. Secara kebetulan, setibanya di istana kerajaan Mataram, kedatangan Panembahan Senopati memang sudah ditunggu oleh Sunan Kalijaga.
Apa yang terjadi ? Ketika sang juru taman memakan telur Kyai Jagad pemberian Panembahan Senopati, tubuhnya seketika menjadi raksasa. Melihat keadaan ini, selanjutnya sang juru taman diperintahkan untuk menjaga gunung Merapi. Dan sampai sekarang sang juru taman yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai Kerincing Wesi tetap setia menjaga Merapi.
Upacara adat Labuhan Merapi
Pukul 08.00 WIB, upacara adat Labuhan Merapi dimulai setelah rombongan abdi dalem Punokawan Kraton Jogjakarta yang dipimpin Juru Kunci Gunung Merapi Kliwon Suraksohargo (Pak Asih) sampai Bangsal Sri Manganti.
Puluhan abdi dalem ini membawa sesajen berupa sego gurih (nasi gurih) dan lauk pauk berupa daging ayam rebus. Selain itu mereka juga membawa 10 macam ubo rampe yang hendak “diberikan” kepada delapan “pengurus kerajaan Gunung Merapi” atau Hargo Merapi.
10 macam ubo rampe itu dikeluarkan dari kotak Redi Merapi berwarna Merah. Upacara adat Labuhan Merapi dimulai dengan meletakkan sesajen dan ubo rampe pada batu Bangsal Sri Manganti. Satu per satu kain penutup sesajen, kembang setaman dan kemenyan dibuka.
Demikian pula kotak Redi Merapi dibuka dua orang abdi dalem memakai obeng. Di dalam kotak tersebut ada ubo rampe berupa kain dengan warna dan nama berbeda-beda, wewangin dan uang.
Salah satu abdi dalem mengambil menunjukkan kepada abdi dalem serta menyebutkan nama-nama ubo rampe tersebut. Nama-nama ubo rampe tersebut adalah
Sinjang Cangkring, Sinjang Kawung Kemplang (Sinjang Limar), Semekan Gadung Melati, Desthar Doro Muluk. Ada juga ubo rampe Peningset, Ses Wangen (Sekarkonyoh 1 kantong), Arto Tindeh serta Kambil Watangan.
Setelah Semua ubo rampe dikeluarkan dari kotak, berikutnya dilakukan pembacaan ulang ubo rampe dan kepada siapa saja ubo rampe itu diberikan serta tujuannya apa ubo rampe itu diberikan oleh Juru Kunci Gunung Merapi, Pak Asih.
Pak Asih membacakan delapan “pengurus kerajaan Gunung Merapi” atau Hargo Merapi yaitu Eyang Sapu Jagat, Eyang Empu Romo Empu Rahmadi, Eyang Megantoro, Branjang Kawat, Nyai Gadung Mlati, Bromo Dedali, Panembahan Prabu Jagat, Fario Warli serta Krincing Wesi.
“Saksampune kacaosi mugi kerso nyuwunaken dongo dumateng Gusti Allah ingkang moho Agung inggih puniko; Panjangipun Yuswo dalem (HB), panjangipun yuswo garwo lan putro dalem, panjangipun yuswo sentono dalem, raharjaning kawulo dalem ing Ngayogyakarta Hadiningrat,” kata Pak Asih.