Bongkar ! Rencana Chinanisasi 2025 dan Konspirasi Overseas

Bongkar ! Rencana Chinanisasi 2025 dan Konspirasi Overseas


Jadi, serpihan informasi yang penulis nukil dari pelbagai sumber resmi, justeru membuka tabir gelap. Adanya persekongkolan kekuasaan, yang bertujuan jangka pendek. Berambisi demi syahwat berkuasa yang menjijikkan. Dengan menggunakan pendekatan teori machevialis dangkal. Mudahnya, menghalalkan segala cara. Dibumbui oleh makin padatnya penduduk tiongkok yang saat ini sudah berjumlah 1,4 miliar jiwa.

Dalam kuliah umum berjudul Wawasan Kebangsaan dan Keamanan Nasional pada 26 Oktober 2015. Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan ; “Indonesia harus siap menghadapi berbagai ancaman yang datang dari luar. Namun, hingga saat ini belum banyak lembaga di Indonesia yang sudah mengatakan ancaman kedepan seperti apa.

Menurut Mantan Panglima TNI tersebut, ancaman yang nyata ada di hadapan bangsa ini adalah soal perebutan atau perang di sektor energi, pangan dan air.

Link youtube: Silahkan klik

Dengan demikian, seharusnya bangsa ini seminim-minimnya mewaspadai. Setiap bidak atau gerak geopolitik negara-negara adidaya terhadap bangsa ini. Tentunya salah satu fokus utamanya adalah terkait melimpahnya kedua sumber daya pangan dan energi di negeri kita.

Chapter One Disebutkan, dalam perjalanan sejarah panjang nomaden bangsa tiongkok. Ada sisi kelam yang sempat tertoreh di era 1700-an atau tepatnya di masa penjajahan kolonial Belanda. Dimana saat itu, masih berlaku hukum milik penjajah. Yang membagi strata sosial menjadi 3 golongan utama. Yakni kelas londo (termasuk priyayi dan elite), masyarakat tionghoa, bangsa arab dan terakhir kasta pribumi.

Dikutip dari alwishahabwordpress, dikatakan bahwa masyarakat Cina di Indonesia tidak hanya mengalami saat-saat menyenangkan. Seperti, pada tahun 1740 yang menurut para sejarawan merupakan noda paling hitam yang dicatat sejarah. Data kontemporer menyebutkan tidak kurang 10 ribu orang Cina — pria, wanita, lansia sampai bayi yang baru lahir — saat itu dibantai oleh VOC secara kejam.

Kasus pembantaian terhadap etnis Cina itu ratusan kali lebih dahsyat dari kerusuhan Mei 1998 yang terjadi di Jakarta dan Solo.

Bahkan, nama Kali Angke (dalam Mandarin berarti Kali Merah) menjadi kenangan bahwa kali yang berdekatan dengan Glodok ini saat itu telah menjadi merah karena darah.
*  
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel