Bongkar ! Rencana Chinanisasi 2025 dan Konspirasi Overseas

Bongkar ! Rencana Chinanisasi 2025 dan Konspirasi Overseas


Uang tersebut sejumlah 200 gulden ‘dipersembahkan’ kepada Bupati, untuk Wedana 100 gulden, dan untuk Jurutulis Controleur 25 gulden. Sisanya untuk ‘mensejahterakan’ eselon lainnya yang terkait dalam struktur kepangrehpradjaan.

Hanya untuk menjadi  Lurah, dana ilegalnya bisa sebanyak itu.Berapa besar utk menjadi Wedana atau Bupati?

Muncul pertanyaan darimana dana tersebut diperoleh? Jawabannya diperoleh dari pinjaman kepada Cina yang kala itu disebut Taokeh(Tauke). Bisa dibayangkan berapa jumlah uang yang diperlukan oleh seseorang utk menjadi Camat, Asisten Wedana, Wedana, Patih smpai Bupati.

Seorang Taokeh pada masa itu  dapat mendanai tiga atau empat Lurah. Demikian pula seorang Taokeh dapat mensponsori dana ilegal untuk Bupati.  Setelah ‘Pilkada’ di masa kolonial,  ‘Taokeh’ selalu menuntut balas jasa ke penguasa.

Tentu dalam bentuk “proyek” dll. Jadi hubungan “simbiosis mutualistik” antara pemilik modal dengan penguasa, antara ASENG dengan ASONG sudah berakar ratusan tahun di Tanah air. Dipercanggih dengan KKN dimasa ORLA, ORBA, ORDEREF.

Khawatir dominasi Cina dengan  konsep CINA RAYA, John Memphi merumuskan ada 5 problem Cina atau 5 CHINESE PROBLEM IN THE WORLD.

1. First Emporium, RRC – Mainland China  (Mother Land – Tanah Leluhur).
2. Second Emporium, TAIWANESE (Capital – Modal).
3. Third Emporium, SINGAPOREAN (Trade – Dagang).
4. Fourth Emporium, OVERSEAS CHINA (Brotherhood – Persaudaraan).
5. Fifth Emporium, DOMESTIC CHINA (China Town – Pecinan).

Artinya, kalau kita mengambil pemahaman dari paragraf tulisan diatas, maka Ahok atau Tjung Ban Hok 钟万学 dalam bahasa Hakka. Merupakan perwujudan dari politik Overseas china. Yang mana dalam hal ini, negeri leluhur mereka bagai makan buah simalakama. Dibiarkan tinggal di tiongkok, SDA bisa habis. Sementara, jika diaspora ke LN, banyak tokoh dunia yang pegang peranan penting. Justru berstatus dwi kewarganegaraan.

Selanjutnya, kalau kita pelajari lagi jalannya sejarah, memang berat diakui bahwa budaya korupsi, suap menyuap, KKN dan sejenisnya sangat besar ditularkan oleh kontribusi etnis Tionghoa Indonesia. Coba kita lihat dengan fakta sejarah, di buku novel karangan Pram A Toer, Arus Balik. Dengan apik disitu digambarkan soal sosok bangsa yang mendiami negeri diatas angin.

Yang dalam era modern sekarang, mafia-mafia hukum dan koruptor besar yang dicatat oleh publik, baik di lingkaran presiden Soeharto, Megawati, SBY, sampai Jokowi, umumnya adalah elit Tionghoa.
*   150
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel