Bongkar ! Rencana Chinanisasi 2025 dan Konspirasi Overseas

Bongkar ! Rencana Chinanisasi 2025 dan Konspirasi Overseas


Untuk yang keempat atau terakhir, tentunya pengatur rhythme Sofjan Wanandi, sebagai king maker. Baik di era Orde Baru, dan berlanjut ke masa sekarang. Di masa sekarang ini, sumbangsih Sofyan adalah kemampuan lobby serta networking di pusaran elite Cina, yang mayoritas adalah konglomerat. Dan mengarahkan design kelompok agar fokus memberi sangu serta power yang mereka punya. Jadi sekali lagi, jelas dikatakan bahwa peristiwa sejarah pada tahun 1998. Adalah murni revolusi. Sebab, syarat utama untuk revolusi, yakni jatuhnya korban jiwa, limbungnya ekonomi serta akumulasi kepentingan para oportunis sudah dipenuhi. Kemudian kita akan beralih ke chapter terakhir.

Last Chapter

Jadi pembaca, kesimpulannya adalah ada kelompok kelompok tertentu di Indonesia mencoba melakukan kampanye yang mencoba mengaburkan penduduk asli pribumi dan Cina pendatang dengan menggugat sejarah ribuan tahun seolah olah tidak ada pribumi dan semua sama sama pendatang. Ini upaya orang Cina yang harus diwaspadai dengan cara yang saksama.

Dalam Pilkada Jakarta yang sama-sama kita ketahui dimenangkan oleh Anies dengan angka yang cukup memalukan untuk kubu petahana. 57,95% berbanding 42,05%. Sungguh telak dan membuat panik rezim yang berkuasa. Karena sesungguhnya bagi siapapun yang ingin menggenggam Indonesia, Kota Jakarta adalah Kunci. Centre Of Gravity. Siapa yang menguasai Ibukota akan dengan mudah mengakses kekuasaan Republik.

Pilkada Jakarta dinilai sebagai pertarungan ronde kedua, antara dua kubu yang dulu bersaing dalam pilpres 2014. Yang membelah massa politik di bumi NKRI menjadi kubu pemenang -dengan segala cara- dan kubu yang kalah -karena lugu mau ikuti aturan. Mereka masih bertarung sesungguhnya, tanpa gemerlap media, sunyi dan senyap serta mindik-mindik sembunyi. Di Bawah tanah, diruang-ruang berpendingin udara dalam ketinggian pencakar langit Kota Jakarta. Merancang, bagi yang kalah untuk setidaknya rebounds. Bagi yang menang, sebagai pengokohan hegemoni atas pilihannya atas pattern politik machiavelli's yang mereka anut.

Ada beberapa kutipan pengamat politik dan ekonomi , Marwan Batubara yang saya adopsi disini. Coba kita simak bersama-sama.

Bahwa, kemunculan sosok Ahok, non pribumi yang dibenci sebagian masyarakat. Bukanlah kebetulan semata. Dalam beberapa wawancara di media, ia mengakui bahwa ambisi sesungguhnya adalah menjadi RI 1 di negeri Nusantara. Dan ini diperkuat dengan tercium aroma konspirasi antara para taipan yang menyokongnya.

Bukankah dalam salah satu rapat dengan para pengembang di 15 Oktober 2015. Dengan lantang Ahok mengatakan, bahwa kontribusi dari pengembang sudah dihitung sebagai sumbangan untuk maju dalam kontestasi Pilkada DKI. Artinya bisa disebut, ada kesepakatan rahasia antara mereka. Antara tauke dan Ki Demang pilihan mereka.

•Link youtube : Silahkan klik 

Persekongkolan terang-terangan tadi, antara cukong reklamasi -saat itu diwakili oleh Ariesman Widjaja orangnya Aguan- dengan Ahok melalui Pergub No 2238 tahun 2014. Diyakini merupakan kesepakatan jahat dan terselubung. Persenyawaan haram antara penguasa dan pengusaha.

Kemudian figur Ahok telah berhasil terkonstruksi sedemikian rupa sebagai ikon musuh sebagian besar masyarakat, dan persis seperti karakter alm.Soeharto menjelang kejatuhannya. Menjadi public enemy.
*   146
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel