Bongkar ! Rencana Chinanisasi 2025 dan Konspirasi Overseas

Bongkar ! Rencana Chinanisasi 2025 dan Konspirasi Overseas


Dalam dunia pers, media pro Ahok maupun yang anti Ahok, keduanya menyumbang peranan dalam membentuk citra Ahok sebagai ikon musuh rakyat termarginalisasi. Ikon semacam ini, secara sosiologis malah berfungsi memusatkan perhatian rakyat umum. Yang sebenarnya sudah sulit untuk memikirkan kehidupannya sehari-hari. Kasus-kasus yang diingat dan diyakini oleh masyarakat luas sebagai bentuk kesalahan, melanggar hukum dan harus ditindak, justru secara sengaja malah dikaburkan oleh Penguasa.

Sebut saja Reklamasi,Sumber waras, Trans Jakarta yang konon menyeret nama Gubernur DKI saat dijabat Jokowi, adalah deretan kasus yang disimpan atau dipeti-eskan. Hal- hal demikian justru mengeskalasi pertarungan politik yang sedang meruncing antar yang kalah dan yang sudah menang pada 2014 yang lalu.

Pilpres tahun depan juga ditengarai adalah rematch yang belum usai antara faksi-faksi yang ada dalam masyarakat. Sementara parpol PDIP dan TNI sendiri juga meletupkan aroma persaingan internal. Di parpol PDIP antara golongan Nasionalis kontra dengan golongan sosialis beraroma komunis. Bersamaan kubu nasionalis dan agamis, merah versus hijau di ranah militer.

Bukti paling kuat soal masuknya gerbong syiah-liberal-neo komunis adalah kelakuan gerombolan sinting akut, yang mengaku partai anak muda, PSI. Betapa partai ini bisa disebut perkawinan antara suara perjuangan Ahok dan ideologi milik Aidit. Sebagai ahok, PSI sering lompat pagar mengurusi akidah agama mayoritas. Umat islam. Mulai dari menolak perda syariah, menolak poligami sampai kelakuan anggotanya yang meneriakkan jargon agama sembari memajang gambar cabul di handphone-nya. Absurd dan terkutuk. Menuduh HRS secara serampangan, tapi malah berbalik menyerang dirinya sendiri. Rasain.

Disisi lainnya, kubu Polri di masa sekarang bisa dibilang memainkan kartu sebagai ABRI Nasionalis yang dahulu dipimpin oleh Jenderal Benny. Ciri dan tindak-tanduk mereka serupa. Phobia terhadap islam, tegas dan tanpa kompromi terhadap Ulama atau tokoh islam, dan jadi alat pemukul rezim. Dibarengi lemah penuh pengertian pada kelompok penyokong rezim. Coba lihat berapa banyak ulama yang dikriminalisasi. Berapa banyak yang dianggap berseberangan dengan rezim kemudian dilekatkan stempel 'makar'

Yang seperti diketahui, sejatinya harus memenuhi beberapa unsur penting seperti adanya pasukan bersenjata, jumlah massa yang cukup untuk gerakan semacam kudeta tersebut. Hal ini tentunya justru menimbulkan kecurigaan tersendiri saat itu, bagi pihak-pihak yang anti Ahok sendiri. Jika masyarakat jeli, sesungguhnya dalam kubu rezim sendiri, sudah ada tiga aliran utama penyokong kokohnya rezim, yakni fundamentalis Katolik (CSIS/ agen-agen Kasebul), fundamentalis Kristen (konon dipimpin oleh JR), dan faksi sosialis (GM-PSI dkk).

Nah, pertanyaannya adalah, mengapa mereka turun bersamaan dalam mendukung serta menghancurkan gerakan-gerakan musuh rezim?

"Salah satu sebabnya adalah, bangkitnya Islam di bidang politik, yang tentu saja dianggap sebagai sebuah ancaman. Dimana selama masa Orde lama, kemudian Orde baru berhasil mereka redam."

Dengan jargon kontra revolusi dan anti pancasila. Sudah cukup untuk membuat gerakan kebangkitan umat islam merunduk jeri. Sementara di masa sekarang mereka mempunyai dua lembaga antek gerakan -Polri dan KPK- yang berpeluru makar dan stempel koruptor.

Jika dipastikan berseberangan dengan rezim yang saat ini berkuasa, peluru makar akan dilesakkan ke arah tokoh yang dianggap sebagai penggerak. Jika tokoh tersebut berada dalam lingkar kekuasaan, dengan mudahnya mereka melabeli dengan OTT tanpa adanya bukti shahih tentang idiom korupsi itu sendiri. Salah satu contohnya adalah OTT PA mantan Hakim MK yang apes dibidik oleh rezim.

Dan sebagai penutup, saya hanya mengingatkan sebuah quote Bapak Bangsa, Soekarno, yang dikhawatirkan justru melegitimasi kondisi sekarang ini.

Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.

Sekian.

Sumber :
 • Buku ' Dari Gestapu Ke Reformasi' ~ Dr.Salim Said
 • Hatta Taliwang : Mewaspadai Poltik Cina Raya 

https://chirpstory.com/li/358102
*   151
Google
Klik untuk buka komentar sesuai akun Anda

No comments

Komentar anda sangat berguna untuk meningkatkan penulisan artikel